Page 79 - Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd
P. 79

Pribadi dan Martabat Buya Hamka
             http://pustaka-indo.blogspot.com
                 meninggalkan kota tersebut. Bukanlah maksud saya
                 hendak membangkitkan kemba li kenangan yang telah lama
                 dilupakan itu.Namun menurut saya dan yang sering pula
                 dikatakan  Ayah kepada kami, kesuksesan dan kebesaran
                 yang diperolehnya selama 35 tahun sisa usianya setelah
                 meninggalkan Medan pada 1945 itu, sangatlah ditentukan
                 oleh tragedi pahit tersebut.

                     Dia mengalami  fitnah keji karena dituduh melarikan

                 diri pulang ke kampung, sewaktu Jepang kalah. Sebagai
                 seorang pemimpin yang percaya kepada janji-janji Jepang,
                 dia turut bersama pemimpin lainnya untuk bekerja sama
                 dengan pemerintah pendudukan Jepang itu. Dia me ngakui
                 kesalahannya. Ada beberapa pemimpin lain yang juga bekerja
                 sama dan percaya pada janji Jepang itu, tetapi mereka tetap
                 berada di tempat, ketika Jepang bertekuk lutut. Namun dia
                 pulang ke kampung, sementara orang mengatakan dia “lari
                 malam”.
                     Setiba di Bukittinggi, dia mendapat informasi dari
                 pemimpin  Sumatra Barat tentang Proklamasi Kemerdekaan
                 yang diucapkan Soekarno-Hatta di Jakarta, 17 Agustus 1945.
                 Hanya beberapa hari tinggal di kampung, dia kembali ke
                 Medan. Maksudnya, hendak turut berjuang dan mengobarkan
                 semangat ke Sumatra  Timur dan Medan khususnya, tetapi
                 kehadirannya ditolak. Dia dihina sebagai kolaborator, penjilat,
                 lari malam, dan sebagai nya. Ini adalah hukum revolusi.

                     Revolusi kadang-kadang memakan anaknya sendiri.
                 Betapa getir pengalaman itu bagi dirinya. Pernah  Ayah
                 bercerita pada kami, “Sekiranya tidak ada iman, barangkali
                 Ayah sudah bunuh diri waktu itu.” Masih teringat sebuah
                 sajaknya yang tercipta saat Ayah dalam kondisi tersebut:

                 62                                           pustaka-indo.blogspot.com





                                                                         1/13/2017   6:18:37 PM
         Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd   62       1/13/2017   6:18:37 PM
         Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd   62
   74   75   76   77   78   79   80   81   82   83   84