Page 76 - Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd
P. 76

Kenangan Akan Buya Hamka yang Mengharukan
             http://pustaka-indo.blogspot.com
                    ber kembang sebagai bahasa modern, pertama-tama harus
                    digali dari daerah-daerah yang meng gunakan bahasa Melayu
                    sebagai bahasa ibunya. Di sinilah dia melihat peranan para
                    pengarang Minang yang berdomisili di Medan. Namun,
                    ada lagi yang membuat Buya Hamka begitu gandrung pada
                    bahasa Mela yu, yaitu pengaruh Islam yang dominan dalam
                    kehidupan masyara kat dan sastra Melayu. Lidah Melayu yang
                    telah menerima Islam sejak abad-abad pertama tahun hijriah,
                    tidak asing dengan istilah-isti lah  Arab,bahasa agamanya.
                    Maka, bahasa Arab dapat mem perkaya istilah-istilah bahasa
                    Indonesia.

                        Bahkan, dalam pidatonya tentang bahasa Indonesia di
                    Sidang Konstituante, Buya Hamka lebih berani lagi mengatakan
                    bahwa bahasa Arab bukan bahasa asing bagi bahasa Indonesia.
                    Kalau saudara-saudara kita dari Jawa mengambil istilah-istilah
                    Sansekerta yang kehindu-hinduan, dan orang-orang didikan
                    barat mengambil bahasa Belanda atau bahasa Inggris, kita pun
                    boleh me nunjukkan keislaman kita. Tak perlu takut dan merasa
                    rendah diri dikatakan kearab-araban. Demikianlah pandangan
                    Buya Hamka da lam masalah bahasa ini.
                        Dalam Seminar Kebudayaan Melayu di Kuala Lumpur
                    pada 1974, Buya menegaskan keyakinannya: “Tak ada
                    Melayu tanpa Islam”, di balik Melayu adalah Islam. Hal ini
                    sesuai dengan pandangan hidupnya sebagai seorang Ulama
                    Islam asal Minangkabau, dan kedudukannya sebagai Peng-
                    hulu Adat yang bergelar Datuk Indomo. Bahwa: “Adat ber-
                    sendi syara’ dan syara’ ber sendi Kitabullah”.

                        Dengan bergurau dia sering mengatakan, “Melayu tanpa
                    Islam, hilang ‘me’nya, dan layulah dia. Minang kabau tanpa
                    Islam, hilang ‘minang’nya, jadi kerbaulah dia.”

                                                                         59

                                                              pustaka-indo.blogspot.com



                                                                         1/13/2017   6:18:37 PM
         Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd   59
         Pribadi dan martabat Buya Hamka isi set2 170109.indd   59       1/13/2017   6:18:37 PM
   71   72   73   74   75   76   77   78   79   80   81