Page 12 - Islamic-theology-Ibnul-Jawzi-membongkar-kesesatan-akidah-Tasybih-meluruskan-penyimpangan-dalam-memahami-sifat-sifat-Allah-Nurul-Hikmah-Press-173-Hal
P. 12
4 | Islamic Theology
penjelasan itu seakan sangat dibuat-buat. Referensi utama yang ia
jadikan sandarang selalu saja perkataan-perkataan Ibnu Taimiyah.
Kadang ia mengutak-atik fatwa-fatwa gurunya tersebut karena dalam
pandangannya ia memiliki kemampuan untuk itu.
Tidak sedikit dari faham-faham ekstrim Ibnu Taimiyah yang ia
propagandakan dan ia bela, bahkan ia jadikan sebagai dasar
argumentasinya. Oleh karena itu telah terjadi perselisihan yang
cukup hebat antara Ibnu Qayyim dengan hakim agung (Qâdlî al-
Taqiyuddin as-Subki di bulan Rabi„ul Awwal dalam
Qudlât); al-Hâfizh
masalah kebolehan membuat perlombaan dengan hadiah tanpa
adanya seorang muhallil (orang ke tiga antara dua orang yang
melakukan lomba). Ibnu Qayyim dalam hal ini mengingkari pendapat
al-Imâm as-Subki, hingga ia mendapatkan tekanan dan hukuman
saat itu, yang pada akhirnya Ibnu Qayyim menarik kembali
pendapatnya tersebut.
Al-Imâm Taqiyuddin al-Hishni (w 829 H), salah seorang ulama
terkemuka dalam madzhab Syafi„i; penulis kitab Kifâyah al-Akhyâr,
dalam karyanya berjudul Daf„u Syubah Man Syabbah Wa Tamarrad
sebagai bantahan atas kesesatan Ibnu Taimiyah menuliskan sebagai
berikut:
“Ibnu Taimiyah adalah orang yang berpendapat bahwa
mengadakan perjalanan untuk ziarah ke makam para Nabi
Allah adalah sebagai perbuatan yang haram, dan tidak boleh
melakukan qashar shalat karena perjalanan tersebut. Dalam hal
ini, Ibnu Taimiyah secara terang-terangan menyebutkan haram
safar (perjalanan) untuk tujuan ziarah ke makam Nabi Ibrahim
dan makam Rasulullah.
Keyakinannya ini kemudian diikuti oleh muridnya sendiri;
yaitu Ibnu Qayyim al-Jawziyyah az-Zar„i dan Isma„il ibn Katsir
as-Syarkuwini. Disebutkan bahwa suatu hari Ibnu Qayyim
mengadakan perjalan ke al-Quds Palestina. Di Palestina, di