Page 148 - Kedua-Orang-Tua-Rasulullah-Penduduk-Surga-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-Nurul-Hikmah-Press-242-Hal-dikompresi-1
P. 148

146  |  Membela Kedua Orang Tua Rasulullah

            najis,  sementara  moyang-moyang  Rasulullah  adalah  orang-orang
            yang suci.
            Kemudian  dalam  QS.  asy-Syu’ara  Firman  Allah  “Wa  Taqlubaka  Fis
            Sajidin” [memberikan pemahaman bahwa seluruh moyang Rasulullah
            adalah  orang-orang  ahli  sujud, ahli  ibadah,  dan  ahli  tauhid];  maka
            dengan demikian mereka semua adalah di atas ajaran Hanifiyyah.
            Inilah  pendapat  Syekh  Fakhruddin  ar-Razi,  sungguh  di  dalamnya
            terdapat rahasia-rahasia [artinya faedah dan pelajaran yang sangat
            agung];  yang  karenanya  maka  air  mata  akan  bercucuran  [karena
            kebenaran  pendapat  tersebut  dalam  membela  kedua  orangtua
            Rasulullah].
            Semoga  Allah;  Tuhan  pemilik  arsy  membalas  Imam  al-Fakhrurrazi
            dengan sebaik-baik balasan, dan semoga Allah membalasnya dengan
            segala kenikmatan surga yang banyak.
            Sungguh di zaman jahiliyyah dahulu ada beberapa kelompok orang
            yang senantiasa berada di atas ajaran yang benar [di atas petunjuk
            Allah], dan di atas ajaran Hanifiyyah.
            [Di antaranya, yaitu]; Zaid ibn Amr, Ibnu Naufal, demikian pula ash-
            Shiddiq  (Abu  Bakr)  sedikitpun  mereka  tidak  pernah  sujud  kepada
            berhala untuk berbuat syirik.
            Sebagaimana telah dijelaskan demikian itu (tentang beberapa nama
            di  atas)  oleh  Imam  Taqiyyuddin  as-Subki  terhadap  pendapat  Imam
            Abul Hasan  al-Asy’ari,  maka bila  ada  pendapat  yang  menyalahi  ini
            berarti itu adalah pendapat palsu [bukan dari Imam Abul Hasan al-
            Asy’ari].
            Karenanya,  Rasulullah  selalu  meradlai  [senang  dan  mencintai]  Abu
            Bakr,  karena  dia  adalah  orang  yang  sepanjang  umurnya  di  atas
            ajaran kebenaran [seorang yang hanif; muslim ahli tauhid].
            Tentulah  dia  (Abu  Bakr)  kembali  mendapat  kemuliaan  karena
            kemudian  beliau  menjadi  sahabat  [dekat]  Rasulullah,  padahal
            dahulu-pun di masa jahiliyyah beliau tidak pernah berbuat kesesatan.
            Maka  lebih  utama  lagi  ayahanda  Rasulullah  dan  ibundanya  [di
            banding  sahabat  Abu  Bakr],  [artinya  pasti  selamat  di  akhirat],
            terlebih lagi ibunda Rasulullah telah melihat tanda-tanda kekuasaan
            Allah  yang  sangat  agung  saat  Rasulullah  di  lahirkan;  yang  tanda-
   143   144   145   146   147   148   149   150   151   152   153