Page 19 - Kedua-Orang-Tua-Rasulullah-Penduduk-Surga-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-Nurul-Hikmah-Press-242-Hal-dikompresi-1
P. 19

Membela Kedua Orang Tua Rasulullah  |  17
            Fakhruddin  ar-Razi  dalam  kitab  al-Mahshul,  Ibnus-Sam’ani  dalam
            kitab  al-Qawathi’,  al-Qadli  Abu  Bakr  al-Baqillani  dalam  kitab  at-
            Taqrib,  dan  selain  mereka  dari  para  imam  yang  tidak  terhitung
            jumlahnya.
                    Selain  kaedah  itu,  masalah  ini  [bahwa  orang  yang  tidak
            mendapati  dakwah  Islam  selamat  di  akhirat  kelak]  juga  kembali
            kepada  kaedah  ushuliyyah  lainnya,  yaitu  bahwa  “al-Ghafil  laysa
            mukallafan”  [artinya  bahwa  seorang  yang  lupa  atau  yang  tidak
            mengetahui  karena  tidak  sampai  pengetahuan  kepadanya  bukan
            seorang  mukallaf].  Kaedah  ini  telah  banyak  dibahas  dalam  banyak
            kajian atau karya-karya teologi. Dalil kaedah ini adalah firman Allah:




            “…  hal  itu  oleh  karena  tidaklah  Tuhanmu  (wahai  Muhammad)
            menghancurkan  suatu  perkampungan  karena  suatu  kezaliman
            sementara  para  penduduknya  dalam  keadaan  tidak  tahu”  (QS.  Al-
            An’am: 131).

                    Hanya saja kemudian ada perbedaan istilah atau ungkapan di
            antara  para  ulama  tentang  orang  yang  tidak  mendapati  dakwah
            seperti ini, sebagian ulama mengatakan, --dan ini ungkapan terbaik--
            bahwa  orang  tersebut  selamat.  Ungkapan  ini  dipilih  oleh  imam
            Taqiyyuddin  as-Subki.  Sementara  ulama  lainnya  mengatakan  orang
            tersebut  berada  pada  zaman  fatrah  [zaman  yang  vakum  dari
            kenabian].  Sebagian  lainnya  mengatakan  bahwa  orang  tersebut
            muslim.  Sementara  al-Ghazali  berkata  bahwa  orang  semacam  itu
            adalah orang yang berada pada makna muslim (Fi Ma’na al-Muslim).
            Pendapat  al-Ghazali  ini  kemudian  diikuti  oleh  banyak  ulama  dalam
            menyikapi kedua orang tua Rasulullah, mereka menegaskan bahwa
            kedua  tidak  mendapati  dakwah  Islam.  Ketetapan  ini  telah  dikutip
            oleh  Sibth  Ibnul  Jawzi  (Cucu  Ibnul  Jawzi)  dalam  kitab  Mir-ah  az-
            Zaman  dari  sekolompok  ulama,  dan  dia  menceritakan  ketetapan
            tersebut  dari  kakeknya;  al-Hafizh  Abul  Faraj  Ibnul  Jawzi  dalam
            penjelasannya  terhadap  hadits  tentang  hidup  kembali  ibunda
            Rasulullah. Sibth Ibnul Jawzi berkata: “Sebagian ulama berkata: Allah
   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24