Page 20 - Kedua-Orang-Tua-Rasulullah-Penduduk-Surga-Dr.-H.-Kholilurrohman-MA-Nurul-Hikmah-Press-242-Hal-dikompresi-1
P. 20

18  |  Membela Kedua Orang Tua Rasulullah

            telah berfirman: “Dan tidaklah Kami (Allah) memberikan siksa hingga
            kami mengutus seorang Rasul” (QS. Al-Isra: 15), sementara dakwah
            Islam tidak sampai kepada ibunda dan ayahanda Rasulullah, dengan
            demikian  apakah  dosa  keduanya?  Ketetapan  pendapat  ini  juga
            diyakini oleh al-Ubayy dalam kitab Syarh Shahih Muslim, --di depan
                                                  12
            akan kita kupas catatan beliau insya Allah-- .
                    Sementara  dalam  risalah  Masalik  al-Hunfa  al-Hafzih  as-
            Suyuthi menuliskan sebagai berikut:
                    “Seluruh imam kita dari para ahli Kalam (kaum teolog) dan
            ahli Ushul dari ulama Asy’ariyyah, serta para ulama kita dari madzhab
            Syafi’i  bersepakat  bahwa  orang  yang  meninggal  sebelum  sampai
            kepada  dakwah  Islam  kepadanya  maka  ia  termasuk  orang  yang
            selamat,  mereka  tidak  akan  masuk  neraka,  dan  orang-orang
            semacam  ini  tidak  boleh  diperangi  sampai  ditawarkan  kepada
            mereka  dan  dipanggil  untuk  masuk  Islam,  dan  barang  siapa
            membunuh  (memerangi)  orang  itu  maka  ia  terkena  kewajiban
            membayar  diyat  dan  kaffarah.  Ketetapan  ini  telah  dinyatakan  oleh
            Imam  as-Syafi’i  dan  al-Ash-hab.  Bahkan  sebagian  Ash-hab  as-Syafi’i
            menambahkan  bahwa  siapa  yang  membunuh  orang  seperti  itu
            wajiblah ia dikenai qisas (balas dibunuh), tetapi pendapat yang benar
            ia  tidak  dikenai  qisas  karena  yang  dibunuhnya  itu  bukan  orang
            muslim  yang  hakiki,  sementara  syarat  qisas  adalah  adanya
            kesepadanan (mukafa-ah).
                    Sebagian ahli fiqh menjelaskan bahwa orang yang meninggal
            sebelum  sampai  dakwah  kenabian  kepadanya  sebagai  orang  yang
            selamat  di  akhirat  kelak,  tidak  kena  siksa,  adalah  karena  mereka
            meninggal  dalam  keadaan  fitrah  (suci);  tidak  ada  bukti  bahwa  dia
            telah membangkang, dan tidak ada bukti bahwa ada seorang rasul
                                                           13
            berdakwah kepadanya dan lalu ia mendustakannya”.


                  12  As-Subul al-Jaliyyah, as-Suyuthi, h. 2-4. Al-Barzanji dalam kitab Sadad ad-
            Din Wa Sidad ad-Dain mengutip setiap ungkapan para ulama tersebut di atas dari
            karya mereka masing-masing tentang orang yang tidak sampai kepadanya dakwah
            Islam, seperti al-Ghazali, Ibnur-Rif’ah, al-Baghawi, ar-Rafi’i, an-Nawawi, al-Fakhr ar-
            Razi, al-Baidlawi, dan Tajuddin as-Subki. Lihat Sadad ad-Din, h. 15-16
                  13  al-Hawi Li al-Fatawi, as-Suyuthi, h. 202
   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25