Page 170 - Art of Ericksonian Hypno
P. 170
The Art of Ericksonian Hypnosis: Prinsip-Prinsip Mendasar dan Penerapannya
Pada periode berikutnya, ia mendapati bahwa cerita apa pun akan memiliki
efek “simulasi” pada subjek. Semata-mata karena pikiran kita cocok dengan
cerita dan orang bisa menikmati cerita yang menarik perhatiannya.
Ketika orang menikmati cerita, diam-diam ia melakukan proses identifikasi
antara kejadian-kejadian dalam cerita itu dan pengalamannya sendiri. Dengan
cara itulah orang mendapatkan pengetahuan, atau sudut pandang alternatif,
melalui sebuah cerita. Dengan cara itu pula cerita mendorong
berlangsungnya proses mental untuk aktif melakukan pencarian.
Dan proses pencarian kesejajaran itulah yang menjadikan setiap cerita adalah
metafora. Ia menyampaikan nasihat, pelajaran, petuah, dan pesan-pesan
secara tidak langsung. “Orang tidak bisa menolak cerita,” kata Erickson. “Ia
hanya bisa menerima dan menikmatinya.”
Cerita, sebuah Kuda Troya
Orang menikmati cerita. Pikiran kita nyaman dengan cerita. Perhatikan
kosakata menikmati. Dan semoga anda masih ingat pernyataan ini, dalam
setiap aktivitas yang menyenangkan, di sana selalu ada unsur trance. Dan
dalam keadaan trance, fungsi kritis kesadaran menurun.
Saya membayangkan metafora yang tepat untuk cerita terapetik adalah Kuda
Troya. Ia adalah perangkat untuk menyusupkan sugesti, pesan, atau apa saja
ke dalam benak seseorang. Melalui cerita, anda akan menyampaikan pesan
secara bertingkat-tingkat.
Mula-mula cerita itu sendiri, dalam keseluruhannya, adalah sebuah pesan. Di
dalam cerita anda bisa menyusupkan sugesti. Ingatlah pola sugesti
interspersal, di mana anda menyisip-nyisipkan sugesti dalam kalimat-kalimat
atau penjelasan kepada subjek anda.
Baiklah, sekarang kita akan membicarakan bagaimana sugesti disusupkan
melalui cerita dan dengan cara apa kita menyusupkan sugesti tersebut.
Teknik Interspersal
Kita bisa menggunakan teknik interspersal untuk menyelip-nyelipkan sugesti
ke bagian mana pun dalam cerita, bisa dalam narasi, bisa dalam kutipan
langsung. Dengan cara itu, sugesti akan diterima oleh pendengar cerita tanpa
ia menyadari bahwa ada sugesti yang ia terima. Dengan cara melibatkan
subjek kita ke dalam penceritaan, dia otomatis akan menjadi fokus.
A.S. Laksana 170

