Page 62 - Art of Ericksonian Hypno
P. 62
The Art of Ericksonian Hypnosis: Prinsip-Prinsip Mendasar dan Penerapannya
Anda ingat buku anak-anak yang memperkenalkan benda-benda? Ada
gambar dan di bawahnya ada tulisan. Dalam beberapa hal, itulah yang anda
lakukan terhadap subjek. Dan bawah sadar memang seperti kanak-kanak, ia
sangat harfiah.
Bahasa Hipnotik pada Figur Otoritatif
Jika anda mengagumi seseorang, anda cenderung menganggap apa saja yang
disampaikan olehnya selalu benar. Ia menjadi figur otoritatif bagi anda.
Setiap kali orang yang anda kagumi itu menyampaikan sesuatu kepada anda,
pernyataan-pernyataannya akan selalu memiliki efek hipnotik kepada anda.
Anda akan mempercayainya. Jika ada semacam instruksi di sana, dan anda
sanggup menjalankannya, anda akan menjalankannya. Jika ada saran untuk
mempercayai sesuatu, anda akan mempercayainya.
Efek hipnotik itu berasal dari persepsi anda sendiri, dari kekaguman anda
sendiri, terhadap orang tersebut. Karena itu setiap kali berhadapan
dengannya, yang terjadi jelas: anda menghipnotis diri anda sendiri.
Menjadikan diri figur otoritatif bagi subjek, untuk beberapa alasan, perlu
anda lakukan. Bagaimanapun anda harus menumbuhkan kesan kepada subjek
bahwa anda bisa dipercaya, anda mampu melakukan pekerjaan anda dengan
baik, dan anda tahu apa yang harus anda lakukan dalam menanganinya.
Dalam sesi terapi, anda perlu membuat subjek merasa tenteram bahwa ia
datang pada orang yang tepat, yang bisa membantunya mengatasi masalah.
Milton Erickson sering menggunakan metafora untuk menumbuhkan kesan
seperti ini kepada subjeknya. Ia menceritakan pengalamannya dengan
subjek-subjek terdahulu sebagai metafora yang bisa mengandung banyak
lapisan makna, salah satunya adalah kadang untuk menanamkan gagasan
kepada subjek bahwa ia datang kepada orang yang tepat.
“Seorang lelaki dari Philadelphia, yang kusembuhkan sakit kepalanya,
mengajak paman dan bibinya mengunjungiku. ‘Kedua orang ini
bertengkar setiap hari selama mereka berumah tangga. Mereka sudah
menikah selama 30 tahun,’ kata lelaki itu. Begitulah mereka menemuiku.
Aku mengatakan, ‘Tidak cukupkah pertengkaranmu? Kenapa tidak
mulai menikmati hidup?’ Dan mereka menikmati hidup yang
menyenangkan. Dan si bibi kemudian mencoba meyakinkan saudara
A.S. Laksana 62

