Page 132 - Memahami-Bidah-Secara-Komprehensif
P. 132
130 | Memahami Makna Bid‟ah
dekat masjid. Masjid al Khayf ini telah digunakan shalat pada
zaman Rasulullah hingga sekarang. Hadits ini disebutkan oleh al-
Hafizh Ibnu Hajar dalam kitabnya al-Mathalib al-„Aliyah, dan al-
Hafizh al-Bushiri mengatakan: “Hadits ini diriwayatkan oleh Abu
Ya'la dan al-Bazzar dengan sanad yang sahih”.
Adapun hadits “La Tushallu „ila al-Qubur”; tidak
menunjukkan atas haramnya shalat di masjid yang ada
kuburannya. Akan tetapi maksudnya tergantung pada keadaan
kuburan dan orang yang shalat di sana seperti perincian hukum di
atas. Karenanya al-„Allamah al-Buhuti al-Hanbali telah
menegaskan dalam kitab Syarh Muntaha al-Iradat bahwasanya
shalat seseorang yang menghadap ke kuburan tetapi disertai ada
penghalang antara orang yang shalat dan kuburan tersebut
hukumnya tidak lagi makruh.
Adapun hadits yang berbunyi:
ِ
َ َ سلا َ ر ج َ وَدجا َ سق١اَا َ هيلع َ نك َ َ َ خ َ ذ ِ ِ َ ّ ِ ُ ْ ُ َ َ قلا َ ػب َ و َ ر َ َ و َ تق١ا َ تا ُ َ ّ َ َ َ َ َ ل َ ع َ ن َ َ للا َ َ ز َ و َ را
َ
َ ّ ُ
َ
maksudnya adalah bahwa orang yang membangun masjid di atas
kuburan untuk mengagungkan kuburan tersebut adalah mal‟un
(dilaknat). Demikian pula dilaknat orang yang meletakkan lampu
atau lilin di atas kuburan untuk tujuan mengagungkan kuburan
tersebut.
(Dua Puluh Tiga): Berdzikir dengan jumlah tertentu,
berapapun hitungannya adalah perkara yang dibolehkan dalam
syara‟, bukan bid‟ah sayyi-ah. Karena dasar anjuran untuk
memperbanyak dzikir itu bersifat umum, tanpa dibatasi dengan
bilangan tertentu. Rasulullah bersabda:
َن َ س َ حوَةبيشَةيأ َ َ نباَهاور(َللابَىاإ َ و َ ة َ ّ َ ػقَىاو َ و ََ ؿ َ َ حَىا َ ِ َ ْ ْ ِ ِ َ ْ كأ َ ث َ ر َ َ م َ ن َ َ ق َ ؿو
ُ َ
َ ْ
َ
ُ
َ )ر َ جح ْ ُ َ َ با َ ن َ َ ُ ظفاـٟاَه َ دانسإ
َ
َ