Page 137 - Memahami-Bidah-Secara-Komprehensif
P. 137

Memahami Makna Bid‟ah | 135

            berdzikir  dengan  berjama‟ah  sebagaimana  dilakukan  oleh  para
            sahabat  tersebut.  Karena  bukan  berkumpulnya  mereka  yang
            dilarang  oleh  Rasulullah  melainkan  mengeraskan  suara  secara
            berlebih-lebihan.

                    (Dua Puluh Enam):    Doa dengan cara berjama‟ah bukan
            termasuk bid‟ah sesat. Bahkan sebaliknya, ada anjuran untuk itu.
            Rasulullah bersabda:

                  َها َ ور(َم  َ َ َ ك٢  ِ  ْ ُ ْ َ  َ َ سا َ ت َ ج َ ي َ ب  َ ىاإَفو ُ َ رخلآا  َ ن َ َ    َ َ مأو  َ ض َ ع َ ػبَا  َ َ  َ ـو َ َ دف َ ع  ٌ  َ قَع َ مت َ جاَا َ م َ
                                  ّ
                                                           َ
                                                   َ ْ
                                                                ْ َ
                                                ٌ
                   َ
                      َ )يره ِ َ فلا َب َ يب َ حَنبَة َ مل َ س َ مَثكدحَنمَؾردتسق١اَقيَمكاـٟا
                                 َ ْ
                                          َ ْ َ
            “Tidaklah suatu jama‟ah berkumpul, lalu sebagian berdoa dan yang lain
            mengamini kecuali doa tersebut akan dikabulkan oleh Allah” (HR. al-
            Hakim dalam al-Mustadrak dari sahabat Maslamah ibn Habib al-Fihri).
            Hadits  ini  menunjukkan kebolehan berdoa dengan berjama‟ah,
            salah  seorang  berdoa  dan  yang  lain  meng-amin-kan. Termasuk
            boleh dalam hal ini yang sering dilakukan oleh jama‟ah setelah
            shalat lima waktu, imam shalat berdoa dan jama‟ah meng-amin-
            kannya.



            Beberapa Contoh Bid’ah Sayyi-ah     ‘Amaliyyah
                    Adapun  contoh  Bid‟ah  Sayyi-ah „Amaliyyah, di antaranya
            sebagai berikut:

                    (Satu): Menulis huruf “shad” atau “shad, lam, „ain, mim”

            sebagai  singkatan  dari  “Shallallahu  „Alaihi  Wa  Sallam”  setelah
            menuliskan nama Rasulullah. Termasuk dalam bahasa Indonesia
            menjadi “SAW”. Para ahli hadits telah menegaskan dalam kitab-
            kitab  Mushthalah al-Hadits bahwa menuliskan huruf “shad” saja
            setelah  penulisan  nama  Rasulullah  adalah  makruh.  Artinya
   132   133   134   135   136   137   138   139   140   141   142