Page 139 - Memahami-Bidah-Secara-Komprehensif
P. 139

Memahami Makna Bid‟ah | 137

            dalam Syara‟. Karena lafazh akbar dengan madd pada huruf ba‟-nya
            adalah bentuk jama‟ (plural) dari kata kabar. Dan makna al-kabar
            dalam bahasa arab artinya “bedug” (ath-thabl).

                    Demikian  pula  termasuk  bid‟ah  sayyi-ah  memanjangkan
            lafazh “Allah” pada hamzah yang didepan-nya; menjadi “Aallah”.
            Karena bacaan demikian itu dalam bahasa Arab menjadi istifham
            (pertanyaan), sehingga maknanya menjadi: “Betulkah Allah maha
            agung?”. Maknanya jelas menjadi sangat rusak.

                    Demikian  pula  menambahkan  huruf  waw  antara  lafazh
            Allah dengan lafazh akbar, menjadi “Allah Wa Akbar”. Kalimat ini
            merusak  makna  takbir  dari  yang  sebenarnya.  Karena  kalimat
            demikian itu maknanya adalah: “Allah dan ada sesuatu selain Allah
                            175
            yang maha agung”.  Na‟udzu billah.
                    (Fedah penting): Makna “Allah Akbar” adalah; “Allah
            maha agung pada derajat-Nya lebih dari segala apapun”. Bukan
            makna  takbir;  Allah  sebagai  benda  yang  memiliki  bentuk  dan
            ukuran yang sangat besar.  Na‟udzu billah. Catat dan senantiasa
            diingat; “Allah bukan benda. Allah maha suci dari segala bentuk
            dan ukuran, baik ukuran kecil maupun besar. Dan sifat-sifat Allah
            bukan sifat-sifat benda”.

                    (Empat): Sebagian  orang  ketika  membaca  shalawat

            memanjangkan  bacaan  shalli;  dengan  menambahkan  huruf  ya‟.
            Padahal ketika fi‟il amr (kata kerja perintah) dipanjangkan dengan
            menambahkan  ya‟    pada  bacaan  shalli  dan  ini  adalah  khithab
            (pembicaraan)  terhadap  mu-annats  (Perempuan).  Padahal  salah


                   175   Seorang awam yang merusak lafazh takbir dengan salah salah satu
            bentuk kesalahan di atas, padahal ia tidak mengetahui makna rusak dari kalimat
            yang  dibacanya  itu;  maka  ia  tidak  dihukumi  kafir.  Tetapi  bila  ada  seorang
            telah/memahami  bahwa  merubah  bacaan  takbir  dengan  model  salah  satu
            bacaan rusak di atas, namun ia tetap/ngeyel membacanya dengan bacaan rusak
            tersebut maka ia dihukumi kafir.
   134   135   136   137   138   139   140   141   142   143   144