Page 141 - Memahami-Bidah-Secara-Komprehensif
P. 141

Memahami Makna Bid‟ah | 139

                                               َ َى  ْ َ  ُ  َ ُّ ق َ َ ْ فأ َ َ ػك َ ق َ ض  َ  ِ  َ ف َ د َ ك َ ن َ َ للا َ َ حأ  َ َ ْ ُ


            “Hutang kepada Allah lebih layak untuk dibayar (qadla')”.
            Hal ini telah disepakati (Ijma‟) oleh para ulama, seperti dikatakan
            oleh al-Hafizh Abu Sa‟id al-„Ala-i, al-Hafizh Ibnu Thulun, dan lain-
            lain. Pendapat Ibnu Hazm, Ibnu Taimiyah, dan Sayyid Sabiq telah
            menyalahi Ijma‟ para ulama Islam.

                    Adapun perkataan Sayyidah „Aisyah --semoga Ridha Allah
            tercurah baginya-- yang biasa dijadikan oleh mereka, bahwa beliau
            berkata:
                                                              ِ
                  َىا َ وَ،  َ و ـ  َ صلا  َ ءا َ ِ َ ضقبَر َ َ ؤ َ م  َ ػنفَر  َ َ ن َ هط  َ ثمَ، ِ  َ ؿ َ ا َ لل  ِ َ وس َ ْ  َ َ ر  َ دنع َ َ ضي َ حػنَ  َ ك   ن ا ُ
                                                       َ
                                    ُ ْ
                                                           ُ
                             َ
                                           ّ ُ ّ
                    َ
                        ّ ْ
                                                    َ  ةيب َ صلا  َ ءا َ ِ  َ ضقب  َ ُ  ُ ْ َ ػن َ ؤ َ م َ ر َ
                                                             َ
                                                        ّ
            “Kami haidl di masa Rasulullah, kemudian suci maka kami diperintahkan
            untuk mengqadla‟ puasa, dan kami tidak diperintah untuk mengqadla‟
            shalat”.  Hadits  ini  berkaitan  dengan  perempuan  haidl.  Bahwa
            kaum perempuan tidak diperintahkan untuk meng-qadla‟ shalat
            wajib yang ia tinggalkan selama masa haidl-nya.
                    (Enam): Termasuk bid‟ah sayyi-ah yang wajib  dihindari
            adalah  mendatangi  paranormal/dukun/orang  pintar  untuk
            diramal  dalam  perkara-perkara  tersembunyi/al-ghaybiyyat  (yang
            hanya diketahui oleh Allah). Dalam fiqih Islam setidaknya ada dua
            istilah terkait dengan masalah ini:

                    (Satu);  al-Kahin:  yaitu  orang  yang  mengaku-aku
            mengetahui  berbagai  peristiwa  yang  akan  terjadi  di  masa
            mendatang. Biasanya mereka bekerja sama dengan jin-jin fasik,
            atau bersandar kepada bintang-bintang atau kepada sebab-sebab
            dan  pendahuluan-pendahuluan  (mukadimah)  yang  mereka  buat
            sendiri.
   136   137   138   139   140   141   142   143   144   145   146