Page 145 - Memahami-Bidah-Secara-Komprehensif
P. 145

Memahami Makna Bid‟ah | 143














                                        Bab V

                Mengungkap Kerancuan (Syubhat)        Pendapat Yang
                            Mengingkari Bid’ah Hasanah



                     (Satu):  Kalangan  yang  mengingkari  adanya  bid‟ah
            hasanah biasa berkata: “Bukankah Rasulullah dalam hadits riwayat
            Abu Dawud dari sahabat al-„Irbadl ibn Sariyah telah bersabda:
                                                      ِ
                               ٍ
                                            ِ
                                                                  ِ
                                               ِ
                                                                ُ
                      ُ
                    َلكو َ   َةعدب ِ   َةَ ثدم٤  َ لك   َ  فإف َ   َرومُمأا   َتاَ ثدم٤و َ    َ  َ مكا كإو َ
                                       ُ
                                                         َُْ
                         ٌ ْ
                                 َُْ
                                                ُْ
                          َ
                                                               ْ
                                                                ٍ ِ
                                             )دوادَوبأََهاور(َةَ ليبض   َةعدب
                                                                 َ ْ
                                                         ٌ َ َ
            Ini  artinya  bahwa  setiap  perkara  yang  secara  nyata  tidak
            disebutkan  dalam  al-Qur‟an  dan  hadits  atau  tidak  pernah
            dilakukan oleh Rasulullah dan atau al-Khulafa‟ ar-Rasyidun maka
            perkara tersebut dianggap sebagai bid‟ah sesat”?!

                    Jawab:  Hadits  ini  lafazh-nya  umum  tetapi  maknanya
            khusus.  Artinya  yang  dimaksud  oleh Rasulullah dengan bid‟ah
            dalam hadits tersebut adalah bid‟ah sayyi-ah, yaitu setiap perkara
   140   141   142   143   144   145   146   147   148   149   150