Page 147 - Memahami-Bidah-Secara-Komprehensif
P. 147
Memahami Makna Bid‟ah | 145
atsar-atsar yang telah disebutkan dalam dalil-dalil adanya bid‟ah
hasanah di atas.
(Dua): Kalangan yang mengingkari bid‟ah hasanah
biasanya berkata: “Hadits “Man Sanna Fi al-Islam Sunnatan
Hasanatan…” yang telah diriwayatkan oleh al-Imam Muslim adalah
khusus berlaku ketika Rasulullah masih hidup. Adapun setelah
Rasulullah meninggal maka hal tersebut menjadi tidak berlaku
lagi”.
Jawab: Di dalam kaedah Ushuliyyah disebutkan:
ِ ِ ِ ِ
ُ
َْ َ
ٍَ ليلدبَ ىاإَةيصوصْ ف٠اَتبثػتَىا
ْ َ
ُْ ُ ُ ُ
“Pengkhususan -terhadap suatu nash- itu tidak boleh ditetapkan kecuali
harus berdasarkan adanya dalil”. Dari sini Kita katakan kepada
mereka: “Mana dalil yang menunjukan kekhususan tersebut?!
Justru sebaliknya, lafazh hadits riwayat Muslim di atas
menunjukkan keumuman, karena Rasulullah tidak mengatakan
“Man Sanna Fi Hayati Sunnatan Hasanatan…” (Barangsiapa
merintis perkara baru yang baik di masa hidupku…), atau juga
tidak mengatakan: “Man „Amila „Amalan Ana „Amiltuh Fa
Ahyahu…” (Barangsiapa mengamalkan amal yang telah aku
lakukan, lalu ia menghidupkannya…). Sebaliknya Rasulullah
mengatakan secara umum: “Man Sanna Fi al-Islam Sunnatan
Hasanatan…”, dan tentunya kita tahu bahwa Islam itu tidak hanya
yang ada pada masa Rasulullah saja”.
Kita katakan pula kepada mereka: “Berani sekali kalian
mengatakan hadits ini tidak berlaku lagi setelah Rasulullah
meninggal?! Berani sekali kalian menghapus salah satu hadits