Page 146 - Memahami-Bidah-Secara-Komprehensif
P. 146
144 | Memahami Makna Bid‟ah
baru yang menyalahi al-Qur‟an, Sunnah, Ijma‟ atau atsar. Al-Imam
an-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim menuliskan: “Sabda
Rasulullah “Kullu Bid‟ah dlalalah” ini adalah „Amm Makhshush,
artinya; “lafazh umum yang telah dikhususkan kepada sebagian
maknanya”. Jadi, yang dimaksud adalah bahwa sebagian besar
178
bid‟ah itu sesat, bukan mutlak semua bid‟ah itu sesat” .
Kemudian al-Imam an-Nawawi membagi bid‟ah menjadi
lima macam. Beliau berkata: “Jika telah dipahami apa yang telah
aku tuturkan, maka dapat diketahui bahwa hadits ini termasuk
hadits umum yang telah dikhususkan. Demikian juga
pemahamannya dengan beberapa hadits serupa dengan ini. Apa
yang saya katakan ini didukung oleh perkataan „Umar ibn al-
Khaththab tentang shalat Tarawih, beliau berkata: “Ia (Shalat
Tarawih dengan berjama‟ah) adalah sebaik-baiknya bid‟ah”.
Dalam penegasan al-Imam an-Nawawi, meski hadits
riwayat Abu Dawud tersebut di atas memakai kata “Kullu” sebagai
ta‟kid (penguat), namun bukan berarti sudah tidak mungkin lagi
di-takhshish. Melainkan ia tetap dapat di-takhshish. Contoh
semacam ini, dalam QS. al-Ahqaf: 25, Allah berfirman:
ٍ
) 25 َ:ؼاقحمأا( َ َ ءيشَلكَرمدت
َ ُ َُ
ُ
ْ
Makna ayat ini ialah bahwa angin yang merupakan adzab atas
kaum „Ad telah menghancurkan kaum tersebut dan segala harta
benda yang mereka miliki. Bukan artinya bahwa angin tersebut
menghancurkan segala sesuatu secara keseluruhan, karena
terbukti hingga sekarang langit dan bumi masih utuh. Padahal
dalam ayat ini menggunakan kata “Kull”.
Adapun dalil-dalil yang men-takhshish hadits “Wa Kullu
Bid‟ah Dlalalah” riwayat Abu Dawud ini adalah hadits-hadits dan
178 َAn-Nawawi, al-Minhaj Bi Syarah Shahih Muslim, j. 6, h. 154