Page 140 - Memahami-Bidah-Secara-Komprehensif
P. 140
138 | Memahami Makna Bid‟ah
satu prinsip dalam akidah Islam bahwa Allah tidak disifati dengan
sifat-sifat makhluk, seperti jenis kelamin laki-laki maupun
perempuan. Al-„Allamah al-Faqih as-Sayyid Thaha ibn Umar as-
Saqqaf, salah seorang ulama terkemuka dari Hadramaut, dalam
kitab al-Majmu‟ Li Muhimmaat al-Masa-il min al-Furu”, berkata:
“Abdullah ibn „Umar berkata: Orang yang dalam tasyahhud-nya
mengatakan “Allahumma Shallii...”; bacaan panjang dengan
tambahan ya‟ maka itu tidak mencukupinya, meskipun dia bodoh
atau lupa. Bahkan jika ia bersengaja dan ia mengetahui bahasa
Arab maka ia dihukumi kafir karena itu adalah khithab bagi mu-
176
annats”.
(Lima): Pendapat rusak mengatakan bahwa shalat fardlu
yang sengaja ditinggalkan tidak disyari‟atkan untuk di-qadla.
Pendapat bid‟ah ini diusung diantaranya oleh Ibnu Hazm, Ibnu
Taimiyah, Sayyid Sabiq, dan orang-orang yang sepaham dengan
mereka. Sementara Rasulullah bersabda:
َهاور َ ( َ كلذ َ َ ىاإَ َ َ َ ك٢ ا َ ةرا َ ىاَ َ َ َ فك َ َ ر اى َ َ كذَ َ ذإَ ا َ ُ َ َ يب َ ة َ َ ػف َ ْ ل َ ي َ ص َ ل اه َ ً َ َ َ ي َ َ ص َ ِ َ م َ ن َ َ ن َ س َ ْ َ
ّ
َ
َ
َ
) َ َ ملسم
“Barang siapa lupa tidak melakukan sholat tertentu maka hendaklah ia
melaksanakannya setelah ia ingat, tidak ada tanggungan atasnya kecuali
qadla‟ tersebut” (HR. Muslim)
Ijma‟ Ulama menetapkan bahwa shalat fardlu yang
tertinggal karena lupa atau karena tertidur saja wajib di-qadla‟,
maka terlebih lagi yang ditinggalkan dengan sengaja. Ini masuk
dalam ke-umum-an hadits perintah membayar hutang. Rasulullah
bersabda:
176 Thaha ibn Umar, al-Majmu‟ Li Muhimmat al-Masa-il Min al-Furu‟, h.
97