Page 160 - Memahami-Bidah-Secara-Komprehensif
P. 160

158  | Memahami Makna Bid‟ah

                                                                   182
            karena memang tidak terpikirkan sama sekali oleh beliau , atau
            bisa  karena  takut  perkara  tersebut  di-fardlu-kan  atas  umatnya
                                               183
            sehingga akan memberatkan mereka , atau karena hal tersebut
            sudah  masuk  dalam  keumuman  sebuah  ayat  atau  hadits,  atau
                                                  184
            kemungkinan-kemungkinan  yang  lain .  Jelas  bahwa  tidak
            mungkin Nabi bisa melakukan semua hal yang dianjurkan, karena
            sangat    sibuknya   beliau   dengan    tugas-tugas   dakwah,


                   181   Lupa yang boleh terjadi adalah seperti dalam hadits sahih riwayat
            al-Imam  Muslim  bahwa  Rasulullah  salam  setelah  dua  raka‟at  dari shalat Asar.
            Ketika  Rasulullah  ditanya:  “Adakah  ada  sesuatu  yang  baru  dalam  shalat?”.
            Rasulullah  menjawab:  “Sesungguhnya aku adalah manusia, dapat lupa seperti
            kalian lupa. Maka jika aku lupa hendaklah kalian mengingatkanku”.
                   (Catatan Penting): Lupa tidak terjadi sedikitpun terhadap Rasulullah
            pada  perkara  yang  diperintah  untuk  disampaikan  dari  al-Qur‟an  sebelum
            disampaikan  kepada manusia. Adapun setelah disampaikan boleh terjadi lupa
            sesaat  (sesaat  saja,  bukan  seterusnya),  dan  kemudian  beliau  mengingatnya
            kembali. Lihat al-Muhaddits Abdullah al-Ghumari dalam risalah berjudul  Husn
            at-Tafahhum  wa  ad-Darak  Li  Mas-alah  at-Tark.  h.  137.  Lihat  pula  Tarek  Najib
            Lahham, Qashash La Taliq Bi al-Anbiya‟, h. 55
                   182    Seperti   ketika   Rasulullah   dalam   khutbah   jum‟at
            berpegang/bersandar kepada batang kayu dari pohon kurma. Tidak terfikirkan
            oleh  beliau  untuk  khutbah  di  atas  kursi/mimbar,  hingga  kemudian  ide
            pembuatan  mimbar  tersebut  muncul  dari  beberapa  orang  sahabatnya.
            Rasulullah  menyetujui  ide  tersebut,  karena  dengan  demikian  khutbah  beliau
            lebih banyak terdengar dan terlihat oleh para sahabatnya.
                   183   Seperti  peristiwa  Qiyam  Ramadhan.  Hanya  beberapa  malam  saja
            Rasulullah  salat  dengan  beberapa  orang  sahabatnya.  Di  malam  ke  tiga
            Rasulullah  tidak  keluar  dari  kamarnya,  sementara  jumlah  para  sahabatnya
            semakin banyak karena ingin ikut shalat bersamanya. Keesokan harinya, ketika
            Rasulullah  ditanya  mengapa  tidak  keluar,  beliau  menjawab:  “Aku  khawatir
            diwajibkan atas kalian”.
                   184   Seperti shalat Dluha, dan berbagai amal saleh lainnya. Karena amal
            saleh  itu  sangat  banyak  macamnya,  sehingga  tidak  harus  satu  per  satu
            disebutkan  namanya  dan  dalil-dalinya.  Karena  semua  itu  masuk  dalam
            keumuman  teks-teks  Syara‟,  seperti  firman Allah:  “Dan kerjakanlah oleh kalian
            akan  kebaikan-kebaikan supaya kalian menjadi orang-orang yang beruntung” (QS. al-
            Hajj:  77).  Lebih  luas  terkait poin-poin bahasan ini dengan contoh-contohnya
            dengan  detail  lihat  al-Muhaddits  Abdullah  al-Ghumari  dalam  risalah  berjudul
            Husn at-Tafahhum wa ad-Darak  Li Mas-alah at-Tark. h. 137
   155   156   157   158   159   160   161   162   163   164   165