Page 164 - Memahami-Bidah-Secara-Komprehensif
P. 164
162 | Memahami Makna Bid‟ah
ayat atau hadits adalah dalil syar‟i. Dalil-dalil umum tersebut
adalah seperti:
ِ
) 77 َ: َ جػـٟاَةروس ( َفوحلفػتَمُ ك لعَ لَرػيْ ف٠اَاوُ لعْ ػفاو
َ
ُْ
ْ َ ََْ
ُ
ّ
َ َ
“Dan lakukan kebaikan supaya kalian beruntung” (QS. al Hajj: 77)
Jadi, dalil yang umum diberlakukan untuk semua
cakupannya. Kaedah mengatakan:
ِ
ِ ِ ِ
َ و ِ ِ ِ َ تايئزجَِ عيػَٚقيَوبَلمعػكَُّ ـاعلا
ُْ ْ َ
ُ َ ُْ َ
ْ
“Dalil yang umum diterapkan (digunakan) dalam semua bagian-
bagian (cakupannya)”.
Ini sangat bertentangan dengan kebiasaan sebagian orang.
Sebagian orang tidak menganggap cukup sebagai dalil dalam suatu
masalah tertentu bahwa hal tersebut dicakup oleh keumuman
sebuah dalil, mereka selalu menuntut dalil khusus tentang masalah
tersebut. Sikap seperti ini sangat berbahaya dan bahkan bisa
mengantarkan kepada kekufuran tanpa mereka sadari. Karena jika
setiap peristiwa atau masalah disyaratkan untuk dikatakan masyru‟
(di-syari‟at-kan) dan supaya tidak disebut sebagai bid‟ah; harus ada
dalil khusus tentangnya, niscaya akan tidak berfungsi keumuman
al-Qur‟an dan Sunnah dan tidak sah lagi berdalil dengan
keumuman tersebut. Ini artinya merobohkan sebagian besar dalil-
dalil syar‟i dan mempersempit wilayah hukum dan itu artinya
bahwa syari‟at ini tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan tentang
hukum peristiwa-peristiwa yang terus berkembang dengan
berkembangnya zaman. Ini semua adalah akibat-akibat yang bisa
mengantarkan kepada penghinaan dan pelecehan terhadap syari‟at,
padahal jelas penghinaan terhadap syari‟at merupakan kekufuran
yang sangat nyata.