Page 50 - Memahami-Bidah-Secara-Komprehensif
P. 50
48 | Memahami Makna Bid‟ah
mereka tidak memelihara Rahbaniyyah tersebut dengan sebaik-
baiknya pemeliharaan. Ini memberikan fedah/pelajaran
disyari‟atkannya [membuat] bid‟ah hasanah sebagaimana jelas
demikian adanya. Dan Ibnu Katsir tidak tidak meraih
makna/kandungan ayat tersebut demikian sehingga ia
mambawakan ayat tersebut untuk mencela seluruh bid‟ah secara
41
mutlak. Dan ini pendapat salah”.
(Dua): Pembagian bid‟ah menjadi dua bagian di atas
dipahami pula dari hadits „Aisyah, bahwa ia berkata: Rasulullah
bersabda:
ِ
ِ
ِ
َيراخبلاَ هاور(َ ٌّ درَ وهػف َ َ ُ َ ونمَ سيَ ل َ امَ اَ ذىَ انرمَأَ قيَ ثدحَأَ نم
ْ
َ
َ َ ْ ْ َ
ّ
َ ْ ْ
ْ
َ َُ
َ
)ملسمو
“Barangsiapa merintis sesuatu yang baru dalam syari‟at ini yang bukan
darinya (menyalahi), maka ia tertolak”. (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Dipahami dari sabda Rasulullah ini: “Ma Laisa Minhu”, artinya
“Yang bukan darinya”, artinya “menyalahinya”; bahwa perkara baru
yang tertolak adalah yang bertentangan dan menyalahi syari‟at.
Adapun perkara baru yang tidak bertentangan dan tidak
menyalahi syari‟at maka ia tidak tertolak.
Al-Imam al-Hafizh Ibnu Hajar al-„Asqalani menuliskan:
َفإفَ،هدعاوقَنمَةدعاقوَـيبسهإاَؿوصأَنمَدودعمَثكدـٟاَاذى
َيبفَولوصأَنمَلصأَولَدهشكَىاَامَنكدلاَقيَعجًخاَنمَ؛هانعم
َ َ ػىاَ.ويلإَتفتلك
“Hadits ini dihitung dari pokok-pokok/pondasi ajaran Islam dan
kaedah-kaedahnya, karena maknanya; barangsiapa merintis dalam
41 َ „Abdullah al-Ghumari, Itqan ash-Shun‟ah, h. 28