Page 51 - Memahami-Bidah-Secara-Komprehensif
P. 51
Memahami Makna Bid‟ah | 49
agama sesuatu yang tidak ada bukti baginya dasar dari dasar-
42
dasarnya maka ia tidak dianggap sedikitpun”.
Catatan al-Hafizh Ibnu Hajar ini memberikan pemahaman
bahwa jika sesuatu yang baru (bid‟ah) tersebut memiliki landasan,
pondasi, dan bukti (syahid) dalam Syara‟ maka itu artinya bukan
sesuatu yang tercela. Tetapi yang tercela adalah bid‟ah yang
menyalahi ajaran-ajaran syari‟at yang sudah ada. Karena itu, maka
hadits ini dianggap mengkhususkan (mukhash-shish) ke-umum-an
hadits “Kullu bid‟ah dhalalah”. Al-Muhaddits „Abdullah al-Ghumari
berkata:
َ َاهنمَدارمللَذُبموَ،ةليبضَةعدبَلكَثكدـَٟصصن٥َثكدـٟاَاذى
َؿاقلَءانثتساَفودبَةليبضَةعدبلاَتناكَولَذإَ،حضاوَوىَامك
َنم " َ؛ؿاقَاق١َنكلَ،درَ وهفَ انىَ انرمأَ قيَ اندحأَ نمَ ؛ثكدـٟا
َ؛فاعو نَثدلمحاَفأَدافأ " َ درَوهفَونمَسيلَامَاذىَانرمأَقيَثدحأ
َ،دودرمَوهفَولئىادوَهدعاوقلَافلان٥َفاكَفأبَنكدلاَنمَسيلَام
َهدكأَوأَلصأَولَدهشَفأبَنكدلاَنمَوىَاموَ،ةليبضلاَةعدبلاَوىو
َ ػىاَ.ةنسـٟاَةنسلاَوىوَ،ؿوبقمَحيحصَوهفَ،ليلد
“Hadits ini mengkhususkan (mukhash-shish) bagi hadits “Kullu
bid‟ah dhalalah” dan menjelaskan (mubayyin) bagi apa yang
dimaksud dengannya; sebagaimana pemahaman demikian itu
nyata. Oleh karena jika seluruh bid‟ah itu sesat, secara
mutlak/tanpa kecuali; maka Rasulullah akan berkata: “Siapa yang
membuat perkara baru dalam urusan agama kita ini maka ia tertolak”.
Tetapi nyatanya Rasulullah tidak berkata demikian. Sebaliknya,
ketika Rasulullah bersabda; “Siapa yang membuat perkara baru yang
42 َ„Abdullah al-Ghumari, Itqan ash-Shun‟ah, h. 22