Page 59 - Memahami-Bidah-Secara-Komprehensif
P. 59

Memahami Makna Bid‟ah | 57

            kumandang adzan, di pintu-pintu masjid Jami‟, dan ketika Imam
            masuk. Juga seperti kumandang datangnya pagi hari ketika telah
            datang  fajar.  Semua  itu  adalah untuk tujuan membantu dalam
            ibadah    yang  dianggap/dibenarkan  dalam  ukuran  Syara‟.  Dan
            adalah  „Umar  dan  „Ali  membangunkan  manusia  untuk  shalat
            subuh setelah terbit fajar. [al-Ubay kemudian berkata]: “at-Tahdlir
            termasuk dari bid‟ah yang baik yang dianggap/dibenarkan dalam
            Syara‟, dan maslahat-nya jelas. Ibnu „Arafah berkata: Ia (at-tahdlir)
            adalah  kesepakatan  para  ulama, karena itu tidak ada siapapun
            yang menginkarinya, seperti Qiyam Ramadhan, berkumpul untuk
            sama-sama membaca al-Qur‟an. Tidak diragukan bahwa tidak ada
            jalur  mengingkarinya;  kecuali  hanya  karena  itu sebagai bid‟ah.
            Tetapi  itu  adalah  bid‟ah  hasanah.  Bukti  bahwa  itu
            dianggap/dibolehkan  dalam  Syara‟  adalah  adanya  adzan  dan
            iqamah; bahwa adzan adalah pemberitahuan telah masuknya waktu
            shalat, dan iqamah adalah pemberitahuan akan dilaksanakannya
            shalat. Maka demikian pula dengan at-tahdlir, dia adalah untuk
            memberitahukan telah dekatnya waktu shalat”.
                                                         48
                     (Delapan): Di dalam Shahih al-Bukhari disebutkan bahwa
            di  masa  Rasulullah  hingga  wafatnya  belum  ada praktek shalat
            Tarawih  berjama‟ah  di  malam-malam  Ramadhan.  Juga  belum
            dirintis  di  masa Khalifah Abu Bakr ash-Shiddiq, demikian pula
            pada permulaan masa Khalifah „Umar. Shalat Tarawih berjama‟ah
            baru diadakan adalah setelah lewat masa itu. Dan yang merintis
            pertamakali  adalah  Khalifah  „Umar  sendiri, dan bahkan beliau
            menamakan  itu  sebagai  perkara  bid‟ah.  Namun  beliau




                   48 َMuhammad ibn Khalifah al-Wisytani al-Ubay, Ikmal Ikmal al-Mu‟lim
            Bi Syarh Shahih Muslim, j. 7, h. 109. Kitab ini kemudian disempurnakan oleh al-
            Muhaddits al-Imam Muhammad ibn Muhammad as-Sanusi al-Hasani (w 895 H)
            dengan judul Mukammil Ikmal al-Ikmal.
   54   55   56   57   58   59   60   61   62   63   64