Page 61 - Memahami-Bidah-Secara-Komprehensif
P. 61
Memahami Makna Bid‟ah | 59
َ َفإوَ ،ةنسحَ يهفَ عرشلاَ قيَ نسحتسمَ تطَٖ جردنتَ اه٦َ تناك
َيهفَىاإوَةحبقتسمَيهفَعرشلاَقيَحبقتسمَتطَٖجردنتَاه٦َتناك
ػى اَ. ةسمف٠اَـاكحمأاَلىإَمسقنتَدقوَحابق١اَمسقَنم
“Perkataannya (perawi hadits); “Berkata „Umar: “Nimal Bidl‟atu...”
(maknanya; “Ini adalah sebaik-baiknya bid‟ah”), dalam sebagian
riwayat: “Ni‟matil Bidl‟atu...” dengan tambahan huruf ta‟. Bid‟ah
pada asalnya adalah sesuatu yang dirintis tanpa ada contoh
sebelumnya. Dan dimaksudkan bid‟ah dalam Syara‟ adalah
sesuatu yang berlawanan dengan Sunnah (ajaran Rasulullah)
sehingga ia sebagai perkara yang tercela. Dan pada hakekatnya;
jika bid‟ah itu masuk dalam perkara yang baik dalam Syara‟ maka
ia adalah bid‟ah hasanah, dan jika masuk dalam perkara buruk
dalam Syara‟ maka ia adalah bid‟ah buruk (mustaqbahah), dan jika
tidak demikian (artinya; bukan keduanya) maka dia adalah bid‟ah
yang mubah. Dan kadang bid‟ah terbagi kepada sesuai hukum yang
50
lima (Wajib, Haram, Sunnah, Makruh, dan Mubah)”.
(Sembilan): Dalam sebuah hadits sahih, al-Imam al-
Bukhari meriwayatkan dari Rifa‟ah ibn Rafi‟, bahwa ia berkata:
“Suatu hari kami shalat berjama‟ah di belakang Rasulullah. Ketika
Rasulullah mengangkat kepala dari ruku‟, beliau membaca:
“Sami‟allahu Liman Hamidah”. Tiba-tiba ada seseorang dari arah
belakang berkata:
ِ
ِ ِ
َ
ً
َ
َ ويفَاكرابمَابيطَارػيثكَادؼَٛدمْ ـٟاَكَ لوَانػبر
َ
َ ًَْ ُ َْ
ًْ
َ َ
ْ َ َُ ً
Setelah selesai shalat, Rasulullah bertanya: “Siapakah yang berbicara
(mengatakan kalimat-kalimat itu)?”. Orang yang yang dimaksud
menjawab: “Aku Wahai Rasulullah”. Lalu Rasulullah berkata:
50 َ Ibn Hajar al-„Asqalani, Fath al-Bari, j. 4, h. 253