Page 39 - Seni-Tari-BG-KLS-II
P. 39
masing-masing. Peserta didik berputar dari satu pos ke pos lain. Kadang-kadang,
station teaching ini disebut juga pengajaran tugas. Strategi ini dalam tataran gaya
mengajar, serupa dengan gaya latihan (practice style).
c. Pengajaran Sesama Teman (Peer Teaching)
Pengajaran sesama teman adalah strategi pengajaran yang mengalihkan
tanggung jawab guru dalam fungsi pengajarannya kepada peserta didik. Strategi
ini biasanya digunakan bersamaan dengan strategi lain tetapi berharga untuk
dieksplorasi secara terpisah. Strategi ini tidak jauh berbeda dengan gaya berba-
lasan (reciprocal style), dalam hal peserta didik sendiri memberikan pengarahan
kepada peserta didik lainnya. Bedanya, dalam pengajaran sesama teman, peserta
didik yang bertindak sebagai pengajar tidak hanya berhadapan dengan satu
peserta didik, tetapi dengan sekelompok peserta didik.
d. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Dalam pembelajaran kooperatif, sekelompok peserta didik diberi tugas pem-
belajaran atau proyek untuk diselesaikan oleh kelompoknya. Peserta didik
dikelompokkan secara heterogen menurut faktor yang berbeda seperti kemam-
puan atau kebutuhan sosialnya. Keberhasilan kelompok dalam pembelajaran
dinilai sesuai dengan seberapa baik mereka mampu menyelesaikan tugasnya,
selain dari cara mereka bekerja sama dengan yang lain.
e. Strategi Pembelajaran Sendiri (Self-instructional Strategies)
Strategi pembelajaran sendiri melibatkan program yang ditetapkan oleh peserta
didik sendiri dan mengurangi peran guru sebagai penyampai informasi. Strategi
pembelajaran sendiri menyandarkan diri sepenuhnya pada materi tertulis, media,
dan prosedur evaluasi yang ditetapkan sebelumnya. Strategi ini dapat dipakai
untuk memenuhi satu atau lebih, terkadang seluruh dari fungsi pengajaran.
f. Strategi Kognitif (Cognitive Strategies)
Strategi kognitif adalah strategi pembelajaran yang dirancang untuk melibatkan
peserta didik secara kognitif dalam isi pelajaran melalui penyajian tugasnya.
Strategi ini meliputi gaya pemecahan masalah, penemuan terbimbing, dan gaya
lain yang memerlukan fungsi kognitif anak, seperti pembelajaran penemuan
(inquiry learning). Semua model ini menggambarkan pendekatan yang melibatkan
peserta didik dalam merumuskan respons sendiri tanpa meniru apa yang sudah
diperlihatkan guru sebelumnya.
Tingkat keterlibatan peserta didik bervariasi sesuai dengan tingkat respons
kognitifnya. Ketika guru mengetengahkan masalah yang memerlukan jawaban
benar yang tunggal, pemecahan masalah itu biasanya disebut convergent
problem solving. Ketika masalah tersebut bersifat terbuka dan tidak memerlukan
satu jawaban terbaik, maka pemecahan masalah tersebut disebut divergent
problem solving.
Panduan Umum 25