Page 31 - The Bravest Shahabah
P. 31
THE BRAVEST SHAHABAH | 15
Imam Ahmad menuturkan bahwa Abu Aziz, seorang tawanan
Perang Badar, berkata, “Aku menjadi tawanan sekelompok orang Anshar.
Mereka memberiku roti untuk sarapan dan makan malam, sedangkan
mereka sendiri hanya makan kurma karena memang begitulah perintah
Rasulullah kepada mereka dalam memperlakukan kami. Tidak ada satu
pun dari mereka memperoleh secuil roti, kecuali diberikan kepadaku.
Aku malu, lantas kuberikan kepada orang lain dari mereka, tetapi
mereka semua menolak dan tidak menyentuhnya.”
Rasulullah ﷺ membawa al-Abbas sebagai tawanan Perang Badar.
Al-Abbas saat itu tidak mamakai baju, maka Rasulullah ﷺ mencarikan
gamis untuknya dan mendapatkannya dari Abdullah bin Ubay. Gamis
tersebut beliau minta dan beliau pakaikan kepada sang paman. Ketika
melihat sang paman tersiksa oleh ikatannya, beliau juga memerintahkan
untuk melonggarkan ikatan semua tawanan.
Pada kesempatan lain, Rasulullah ﷺ mengembalikan enam ribu
tawanan Hawazin—kalangan anak-anak, perempuan, dan orang
tua—setelah dibebaskan secara sukarela oleh kaum muslim. Namun,
pada saat yang sama, beliau menewaskan Duraid bin ash-Shimmah,
seorang kakek yang terbukti membantu kaum musyrik dengan pikiran-
pikirannya. Sebuah bantuan paling besar dan paling berbahaya. Beliau
juga menewaskan Zubair bin Batha, seorang buta yang menghasut
kaumnya untuk memberontak kepada kaum muslim pada Perang
Khandaq.
Ketika Saffanah binti Hatim menjadi tawanan, dia meminta untuk
dimaafkan, mengingat status ayahnya sebagai pemimpin kaum. Tidak
hanya dibebaskan, Saffanah juga diberi pakaian, diberi perbekalan,

