Page 24 - ARCHIPELAGOS 3
P. 24

Dari atas, mereka bisa melihat kesibukan pasar dengan jelas.
            “Kerajaan yang indah,” ucap Ayu ketika melihat ada sekumpulan
          anak-anak yang menyaksikan pertunjukan kuda lumping dengan
          girang.

            “Ya, begitulah kerajaan kami. Omong-omong mana temanmu
          yang lain?” tanya Rabka.

            “Sanja melihat kain rajutan,  Tanra sedang ke perpustakaan.
          Empat  yang  lain,  entahlah.  Kami berpisah-pisah  karena  ingin
          menghabiskan waktu masing-masing.”

            “Aku baru tahu kalau saat widyawisata, semua murid dibebaskan
          ke mana pun, bukannya harus ada guru yang mengawasi?”

            “Hanya  di  jam-jam tertentu  saja,  sisanya kami diberi  waktu
          untuk mengeksplor diri sendiri. Besok, kami semua diajak ke kebun
          binatang.”

            “Menyenangkan.  Sayangnya  aku  tidak  sekolah—maksudku
          belum bisa sekolah.”

            “Oh, iya? Hem … kenapa? Ingin menikmati kerajaan ini dulu?”

            Rabka menggeleng. “Ceritanya panjang.”
            Kalimat itu membuat Ayu tak ingin tahu lebih. Beberapa orang
          memang sengaja menyimpan privasi kehidupannya, berusaha
          menciptakan batas yang patut dihormati dan dihargai. Semua
          manusia berhak mendapatkan rasanya aman atas kehidupan
          mereka sendiri.

            Tidak lama ketoprak mereka datang, baru sesendok  Ayu
          mencobanya dan ia menyesal karena ikut-ikutan. ‘Ketoprak Gudeg
          Setan’, harusnya Ayu menyadari sejak awal mengapa makanan ini
          disebut setan. Sayup-sayup mata  Ayu yang berair karena pedas



          18
   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28