Page 20 - ARCHIPELAGOS 3
P. 20
itu menyeka sikutnya, meringis kesakitan. Sanggar itu memang
tak boleh dikunjungi sembarangan, ada mantra pelindung yang
sengaja dipasang agar para pesilat dari sanggar Angsa Putih tidak
dapat masuk.
Nala berdiri, meniup sikutnya yang berdarah dan menyeka
pakaiannya dari pasir, ia baru saja beranjak sebelum dilihatnya
sosok bertudung dari balik pohon bambu yang tak jauh darinya.
Sosok itu bertudung, memainkan jarinya seolah memanggil Nala.
Nala yang penasaran mengikuti sosok itu.
Jalan si manusia bertudung makin gesit dan Nala makin lelah
mengejar hingga mencoba berlari. Sampai sosok itu membawanya
melewati jalan setapak di tengah hutan kota, tiba di sebuah jalan
buntu yang dibawa tahu oleh sebuah sungai yang alirannya cukup
deras. Sosok bertudung itu membalikkan badan.
“Siapa kau?” tanya Nala.
Sosok itu membuka tudungnya, mata Nala terbelalak. Dia adalah
salah satu tahanan level lima yang kabur dari penjara bawah tanah
Serandjana, perempuan yang Nala dan enam anak terpilih lainnya
temui di Poraran—Enola. Perempuan dengan kulit hitam manis,
mata hitam legam serta rambut agak ikal. Seorang penyihir udara.
Tangan Nala mengepal. “Apa yang kau lakukan di sini?”
“Cih, apa katamu? Jelas merusak dunia. Aku kan penjahat,”
gerung Enola. “Oh, omong-omong matamu sangat mirip dengan
mata ibumu. Kalian benar-benar mirip.”
“Pagni Ragni.” Nala mengeluarkan mantra bara api. Enola
dengan gesit menghindar tubuhnya melayang di udara dan
kakinya menyentuh dahan pohon secara perlahan.
14