Page 36 - Ten Myths about Israel
P. 36
Kita perlu memeriksa fakta-fakta yang ada. Narasi sejarah
nyatanya berlawanan, mengungkapkan kisah yang berbeda.
Pertama, Palestina pada masa Utsmani adalah tempat
masyarakat seperti warga Arab lainnya. Hal itu tidak berbeda
dengan negara-negara Mediterania Timur secara keseluruhan.
Alih-alih terkepung dan terisolasi, orang-orang Palestina yang
merupakan bagian dari Kesultanan Utsmaniyah dengan mudah
terpapar interaksi dari budaya lain.
Kedua, karena terbuka terhadap perubahan dan modernisasi,
Palestina mulai berkembang sebagai sebuah bangsa jauh sebelum
kedatangan gerakan Zionis. Di tangan para penguasa lokal yang
energik seperti Daher al-Umar (1690–1775), kota-kota di Haifa,
Shefamr, Tiberias, dan Akka direnovasi dan dihidupkan kembali.
Jaringan pesisir pelabuhan dan kota berkembang pesat melalui
hubungan perdagangan mereka dengan Eropa, sedangkan
penduduk dataran pedalaman berdagang dengan daerah-daerah
di dekatnya. Alih-alih gurun pasir kosong, Palestina adalah bagian
yang berkembang dari Bilad al-Sham (negeri Syam) atau Levant
pada masanya. Di waktu yang sama, industri pertanian yang
kaya, pemukiman-pemukiman kecil, dan kota-kota bersejarah
mengakomodasi setengah juta jiwa populasi sebelum kedatangan
Zionis. 4
Pada akhir abad kesembilan belas, jumlah mereka cukup
besar. Seperti yang telah disebutkan di atas, hanya sebagian kecil
saja yang beragama Yahudi. Perlu dicatat bahwa pada saat itu,
kelompok kecil tersebut menentang ide-ide yang dipromosikan
oleh gerakan Zionis. Sebagian besar orang Palestina tinggal
di pedesaan yang jumlahnya hampir mencapai 1.000 desa.
8 Ten Myths about Israel

