Page 39 - Ten Myths about Israel
P. 39
Proses nasionalisasi di Turki sendiri diiringi dengan tren seku-
larisasi pada paruh kedua abad ke-19 yang mengurangi urgensi
Istanbul sebagai pusat otoritas dan keagamaan.
Di dunia Arab, sekularisasi juga merupakan bagian dari pro-
ses nasionalisasi. Tidak mengherankan jika sebagian besar kaum
minoritas, seperti umat Kristen, menerima gagasan identitas na-
sional sekuler yang didasarkan pada wilayah, bahasa, sejarah, dan
budaya yang sama. Di Palestina, orang-orang Kristen yang terlibat
dengan nasionalisme menemukan sekutu di antara elite muslim.
Hal ini menghasilkan masyarakat muslim-Kristen di seluruh Pa-
lestina yang menjamur menjelang akhir Perang Dunia I. Di dunia
Arab, orang-orang Yahudi bergabung dengan aliansi serupa di
antara para aktivis dari agama yang berbeda. Hal yang sama juga
akan terjadi di Palestina, seandainya Zionisme tidak menuntut
kesetiaan total dari komunitas Yahudi veteran.
Sebuah studi menyeluruh dan komprehensif mengenai
kemun culan nasionalisme Palestina sebelum Zionisme datang
dapat ditemukan dalam karya-karya sejarawan Palestina seperti
Muhammad Muslih dan Rashid Khalidi. Karya-karya ter sebut
5
menunjukkan dengan jelas bahwa baik kalangan elite mau-
pun nonelite dalam masyarakat Palestina telah terlibat dalam
mengembangkan gerakan atau sentimen nasional sebelum 1882.
Secara khusus, Khalidi menunjukkan bahwa patriotisme, loyalitas
lokal, Arabisme, sentimen agama, serta tingkat pendidikan
dan literasi yang lebih tinggi adalah konstituen utama dari
nasionalisme baru. Di masa depan, barulah faktor perlawanan
terhadap Zionisme memainkan peran penting tambahan dalam
mendefinisikan nasionalisme Palestina.
Di antara sejarawan Palestina lain, Khalidi menunjukkan
bahwa modernisasi, keruntuhan Kesultanan Utsmani, dan
Palestina Dulu Tanah Kosong 11

