Page 22 - Ilmu Negara
P. 22

Barat—dan masuk ke Indonesia karena sebelumnya pernah dijajah oleh
                 Belanda. Dengan demikian, pengaruh itu pun ada dan sampai pada
                 kita. Pada masa Kaisar Napoleon Bonaparte, pengaruh yang diberikan
                 hukum perdata memang berkembang pesat di negara-negara Eropa
                 Barat. Ini tidak lain karena pengaruh hukum Romawi ketika itu.

                     Meskipun demikian—dengan munculnya aliran Hukum Publik
                 Jerman—masyarakat mulai menyadari bahwa dalam ilmu hukum perlu
                 mengadakan pemisahan antara hukum publik dan hukum perdata.
                 Namun, karena pada saat itu pengaruh hukum Romawi masih amat
                 kuat, beberapa sarjana dari Eropa Barat tetap menggunakan metode
                 hukum perdata  dalam membahas ilmu negara yang bersifat publik.
                              10


                 D.  PENDAPAT DAN SISTEMATIKA ILMU
                     NEGARA MENURUT PARA SARJANA

                 Pada akhir abad ke-19, seorang sarjana dari Jerman bernama Georg
                 Jellinek mencoba membahas teori ilmu negara secara menyeluruh
                 dan kemudian menyusunnya secara sistematis dalam bukunya yang
                 berjudul Allgemeine Staatslehre. Ia kemudian dianggap sebagai Bapak
                 Ilmu Negara karena merupakan orang pertama yang menyelidiki serta
                 membahas ilmu pengetahuan tentang negara secara menyeluruh dan
                 kemudian menyusunnya secara sistematis.

                     Dengan karya monumentalnya yang berjudul  Allgemeine Staats­
                 lehre, teori Jellinek dianggap sebagai penutup masa lampau dan menjadi
                 pangkal tolok bagi peninjauan lebih lanjut terhadap teori ilmu negara.
                 Hal ini karena ia telah menggunakan teori-teori baru dalam bukunya
                 yang berbeda dari sarjana-sarjana sebelumnya.



                 10   Salah satu ciri pokok dari hukum Romawi adalah bersifat “dogmatis”. Apabila cara
                     dogmatis dijalankan dalam ilmu hukum, maka disebut “dogmatis hukum” atau “rechts
                     dogmatiek”. Rechts dogmatiek adalah suatu metode yang mengutamakan logika—
                     dan semata-mata menggunakan logika manusia. Dengan kata lain, rechts dogmatiek
                     membahas persoalan-persoalan ataupun sendi-sendi hukum dengan semata-mata
                     menggunakan logika, misalnya, apabila hukumnya “Barang siapa mencuri dihukum”
                     atau “Barang siapa membunuh juga harus dihukum”. Rechts dogmatiek itu pun turut
                     dipergunakan dalam lapangan hukum tata negara. Sehingga, timbullah ada yang
                     dinamakan “dogmatik dalam kenegaraan” atau “staatsrechts dogmatiek”.


                 10   Ilmu Negara
   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27