Page 24 - Ilmu Negara
P. 24

Jellinek adalah seseorang yang melengkapi dengan mengawali
                 pembahasannya melalui pendekatan sosiologis dan selanjutnya memper-
                 dalam pembahasan secara yuridis. Semuanya diletakkan dalam suatu
                 sistematika pikir. Jellinek dianggap sebagai Bapak Ilmu Negara karena
                 dirinya adalah orang paling pertama yang mengupas ilmu negara dan
                 menyajikannya dalam suatu sistematika yang lengkap dalam buku Allge­
                 meine Staatslehre yang merupakan dasar untuk masa yang akan datang,
                 disebut dengan istilah “leger”.
                     Secara keseluruhan, teorinya disebut ilmu negara umum/ilmu
                 kenegaraan atau staatswissenschaft (staatswetenschap dalam bahasa Belanda)
                 yang merupakan ilmu negara dalam arti luas. Teorinya tersusun dalam
                 sistematika berikut. 15
                 1.  Staatswissenschaft dalam arti sempit, yaitu ilmu pengetahuan negara
                     yang menekankan pada segi objeknya yaitu negara.
                 2.  Rechtwissenschaft, yaitu ilmu pengetahuan tentang negara yang mene-
                     kankan pada segi hukumnya seperti hukum tata negara, hukum
                     administrasi negara, dan hukum antarnegara/hukum internasional
                     publik.

                     Selanjutnya, staatswissenschaft dalam arti sempit dapat dibagi dalam
                 tiga bagian berikut. 16

                 1.  Beschreibende staatswissenschaft  (staatenkunde), yaitu ilmu  pengeta-
                     huan tentang negara yang sifatnya hanya menggambarkan atau
                     melukiskan saja. Misalnya, dalam satu negara terdapat wilayah,
                     rakyat, dan penguasa, tetapi secara sistematis tidak menyatakan
                     bahwa keseluruhannya merupakan unsur-unsur negara.


                     dan sampai saat ini Universitas Heidelberg, Jerman, hanya menyimpan buku tersebut
                     dalam jumlah 15 s.d. 20 eksemplar. Berbeda dengan karya-karya filsuf lainnya seperti
                     Plato, Aristoteles, Immanuel Kant, Hegel, Hans Kelsen, dan lain-lain yang masih se-
                     ring dapat kita temukan adanya karya-karya tulis yang membahas ataupun mencetak
                     ulang terjemahan dari buku-buku tersebut. Namun demikian, rangkaian pemikiran
                     dari  para  filsuf  yang  idenya  berkaitan—baik  secara  langsung  maupun  tidak  lang-
                     sung— dengan negara ini lalu dikodifikasikan, tetap saja relevan untuk dipergunakan
                     sebagai dasar-dasar teori bernegara.
                 15   Ibid, hal. 4.
                 16  Ibid.

                 12   Ilmu Negara
   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29