Page 125 - 2B
P. 125

2B


                    Aku  memandang  soal.  Sungguh,  hatiku  tergoda.  Sama
            sekali  aku  tak  mengerti  pertanyaan  soal-soal  ini.  Di  lembar  soal
            ujianku,  sudah  kucoret  separuh  kunci  jawaban.  Jika  kunci  itu
            kugunakan, maka nilai 50% akan kuraih.
                    Menggunakan  kunci  ini  tak  masalah,  kan?  Hanya
            separuhnya saja. Aku tak tahu apa yang harus kulakukan sekarang.

            Aku benar-benar ingin menggunakan kunci jawaban ini.

                                          ***
                    Aku termenung di depan kelas. Mungkin perlu banyak waktu
            kubutuhkan  untuk  menghayati  apa  yang  terjadi.  Tapi,  semakin
            kuhayati semakin aku ingin sekali mengutuki diri. Wajah murung, ya.
            Kupasang saja wajah itu yang memang mewakili suramnya hatiku.

                    “Kamu  kenapa?”  kudengar  kaki  melangkah,  mendekatiku.
            Resi datang lalu duduk di sampingku.
                    Aku menghembuskan nafas. Jika kukatakan alasannya, apa
            dia akan mengerti?
                    “Gara-gara kunci tadi?”
                    Rupanya  aku  salah.  Resi  bisa  membaca  apa  yang  terjadi

            padaku.     Mungkin    air    wajahku    benar-benar    sudah
            menggambarkannya.
                     “Sudahlah  Bit.”  Hanya  kata  itu  yang  kemudian  keluar  dari
            mulut Resi. “Aku juga mengggunakan kunci tadi. Habis, aku benar-
            benar tidak mengerti,” Resi menyeruput minumannya.
                    Aku masih menghayati diri. Akhirnya, kuputuskan juga untuk
            menggunakan separuh kunci itu. Aku terjepit. Lama kupikirkan untuk

            menentukan huruf apa yang akan kucentang. A, b, c, d ataukah e?

                                         Maulida Azizah & Ummu Rahayu  124
   120   121   122   123   124   125   126   127   128   129   130