Page 127 - 2B
P. 127

2B


                    “Kami  sudah  berusaha  membantu  kalian  agar  lulus.  Jadi,
            jangan  sia-siakan  kesempatan  in!  Kesempatan  emas  kok  ya
            dilewatkan.”

                    Perkataan  pengawas  laki-laki  dulu,  terngiang  kembali  di
            benakku. Serasa disindir aku karenanya. Sinis terlihat ketika beliau

            berkata. Bersama kertas berisi kunci jawaban, pengawas itu datang
            setiap  hari,  memberikan  yang  katanya  emas  itu  pada  pengawas
            tetap  kami.  Konsentrasiku  kemudian  pecah,  apa  guna  menjawab
            butir-butir  soal  ini?  Toh  akhirnya  kunci  jawaban  akan  dibacakan.
            Lihat saja, tak sampai separuh waktu berjalan, dua pengawas wanita
            di depanku pasti akan berdiri, siap membacakan kunci.
                    Cukup.  Aku  tak  ingin  kalah.  Biarlah  PKN  waktu  itu  berlalu

            bersama  kekalahanku.  Kali  ini,  tak  akan  kubiarkan  pertahananku
            dirobohkan.  Maka,  kukerjakan  saja  semua  soal  fisika  kali  ini.  Aku
            harus gerak cepat agar tak tergoda dengan kunci yang menyertainya
            nanti.
                    “Bu,”  seseorang  tiba-tiba  berseru,  anak  laki-laki  di
            sebelahku.

                    Aku menoleh, ikut memperhatikan anak laki-laki itu. Kembali
            kutekuk wajah, risih, saat anak itu ternyata menoleh ke arahku. Dia
            memasang wajah tersenyum, memandangku berlagak siswa pandai.
            Bergantian  dia  kemudian  mengarahkan  pandangan  kepada  dua
            pengawas di depan.
                    Dua  pengawas  wanita  itu  sama-sama  memandangnya,
            “Kenapa?” salah satu dari mereka yang kutaksir sudah berumur 40

            tahunan itu menyahut.

                                         Maulida Azizah & Ummu Rahayu  126
   122   123   124   125   126   127   128   129   130   131   132