Page 132 - 2B
P. 132

2B


            sepuluh  tahun  yang  lalu  dan  dia  adalah  manusia  ajaib  masih  bisa
            mengingatnya.
                    Laki-laki  itu  menghembuskan  nafas,  putus  asa,  “Harusnya
            waktu  itu  aku  tidak  usah  terlalu  percaya  diri.  Kukira  kau
            menyukaiku.”
                    Aku melotot. Apa?  Apa  yang dia bilang?  Sebentar, kucoba

            menelusuri  memori.  Tidak.  Aku  yakin  tak  pernah  bertemu
            dengannya.  Mungkin  saja  dia  salah  orang.  Bagaimana  bisa  dia
            mengiraku  menyukainya?  Pertama  kali  bertemu  saja,  dia  sudah
            membuatku  begitu  risih.  Pertama  kali  kulihat  dia  waktu  ku  masuk
            ruang kelas paket C ini.
                    “Setelah  sikapmu  dulu,  aku  mencoba  membuntutimu  lho.
            Aku tak menyangka ternyata kita malah bertemu di ujian ini,” katanya

            kemudian.
                    Aku  sekarang  tampak  tak  tenang.  Ingin  sekali  kuhentikan
            pembicaraan ini. Jelas, dia sekarang salah orang.
                    “Kita pernah bertemu di alun-alun kota!”
                    Alun-alun  kota?  Kucoba  tenang  sebentar.  Kupaksa
            memoriku untuk menelusuri tempat itu. Alun-alun kota. Kubayangkan

            saja  tempatnya  yang  ramai,  banyak  penjual  di  sekililingnya.  Atau
            setiap  makan  di  pedagang  kaki  lima,  banyak  juga  pengamen
            berhamburan di sana. Kini aku tercekat ketika kubayangkan banyak
            pengamen.  Sepertinya  aku  pernah  melakukan  hal  aneh  pada
            pengamen.  Kuingat-ingat  lagi,  kapan  saja  aku  pernah  ke  alun-alun
            kota.
                    “Dulu kau sangat aneh. Minta lagu segala kepadaku.”




                                         Maulida Azizah & Ummu Rahayu  131
   127   128   129   130   131   132   133   134   135   136   137