Page 24 - 2B
P. 24
2B
Posisi tubuh mereka cenderung menghadap ke satu orang
guru walaupun tak ada meja di tengah mereka seperti di ruang rapat.
Sebagian mereka berposisi santai, menyandar ke meja masing-
masing, tapi pandangan tertuju pada satu orang pemimpin rapat itu.
“Kira-kira setengah jam lah. Biasanya pengawas masih
ngalor-ngidul mengobrol dulu, tidak langsung pulang. Setelah itu,
baru kita bisa memperbaiki jawaban siswa.” Orang yang menjadi
pusat perhatian itu ditanggapi dengan beberapa anggukan.
“Tenang sajalah, anak-anak itu sudah pandai semua! Kita bisa
mengandalkan Bara!”
Aku sedikit tercekat ketika salah satu guru menyebutkan
sebuah nama, Bara! Apa maksud semua itu?
Sudahlah, mungkin sebaiknya aku tak perlu mengetahui lebih
dari semua itu. Aku tak berdaya. Apa yang bisa kulakukan?
Menghentikan semua ini? Bagimana caranya? Sungguh mustahil!
***
Pikiranku menerawang. Keras sekali aku memikirkan apa
yang terjadi akhir-akhir ini hingga aku pun ingin mencari sebuah
pembelaan untuk diriku. Setidaknya aku ingin tahu bagaimana
pendapat teman-temanku. Tentu saja tak sembarang orang akan
kutanya tentang kondisinya tentang ujian nasional ini.
“Bagaimana denganmu, Sa?” aku pun mencoba bertanya,
pada temanku Asa saat itu.
Asa yang saat itu serius membaca koran, menimpali
pertanyaanku, “Bagaimana dengan apa, Bit?”
Maulida Azizah & Ummu Rahayu 23

