Page 64 - 2B
P. 64
2B
ada uban-uban yang akan tumbuh, pening. Aku merasa seperti
terdakwa yang akan segera dieksekusi, bertemu dengan kematian.
Apakah aku akan bertemu dengan ketidaklulusan? Tidak lulus?
Kata-kata itu seketika seperti hantu-hantu yang menggerayangi
rumah angker pikiranku. Seperti muncil satu, berlipat ganda
kemudian menjadi berjuta-juta. Tidak lulus. Tidak lulus. Tidak lulus.
Tidak lulus. Tidak lulus. Tidak lulus. Tidaaaaaaaakkkk!!! Kata itu
menjebol pertahananku, bendungan di sungai-sungai kelopak
mataku. Kurasa, selapis kaca bening cair membingkai bola mataku.
Aku segera menghalaunya agar tak mengalir, kusapu dengan jari.
Pengawas beranjak lagi. Apa yang harus kulakukan? Apa
aku adalah orang yang bodoh karena telah menyiakan kesempatan?
Apa aku lebih bodoh lagi jika aku menggunakan kesempatan itu?
Terlebih, apa aku akan mengkhianati diriku? Tapi, bukankah lebih
baik menyelamatkan masa depan daripada mempertahankan
sebuah kesia-siaan?
Apa yang terjadi padaku jika aku tidak lulus? Apa yang ada
di pikiran tetanggaku jika aku tidak lulus? Terlebih, yang ada di
pikiran keluargaku, paman-pamanku, sepupuku, apa yang akan
mereka lakukan dengan satu-satunya keluarga yang tak lulus ini?
Bagaimana prioritas universitas bergengsi negeri ini terhadap
lulusan Paket C nanti? Bagaimana jika aku hanya bisa masuk di
universitas rendahan saja?
Aku menengok ke belakang, serong kiri. Sudah tujuh menit
pengawas tak berada di ruangan. Ini adalah sesuatu yang tumben.
Mungkinkah pengawas itu sengaja dan mengapa aku tak
memanfaatkannya?
Maulida Azizah & Ummu Rahayu 63

