Page 66 - 2B
P. 66
2B
“Bita, Bita!”
Aku menoleh.
“Ini.”
Aku seperti menemukan oase di tengah dahaga padang
pasir melihat secarik kertas disodorkan, mataku bersinar, tanpa
sadar aku mengulur tangan dan…
“Dua puluh menit lagi!”
Tangan spontan kutarik. Wajahku kikuk. Badanku seketika
tegap. Untunglah pengawas tak curiga, dia duduk manis di
singgasananya tapi tak lagi berkutat dengan handphone-nya.
Tubuhnya yang bersandar dengan tangan menyilang di bawah dada,
seperti serigala pengincar mangsa. Pengawas lainnya bersandar di
pintu kelas.
“Heh, kamu kenapa?” kawan di sebelahku mengerluarkan
nada berbisik.
Aku menggeleng dengan senyum tawar padanya. Lalu
mengarahkan mataku pada lembar jawabanku, berharap dia tak lagi
bertanya.
Bayang wajah ibu tiba-tiba hadir, juga beranak pinak
berbagai macam rupa. Hadir senyum ibu saat menyodorkan sup ikan
mengandung Omega 3, berganti dengan sorot mata penuh cintanya
saat menyodorkan segelas susu saat aku sedang belajar. Lalu
berganti lagi dengan punggungnya saat menjerang telur ayam
kampung untukku setiap hari. Senyum, mata, dan punggung itu
seperti percik api yang menyulut kobar dalam diriku. Meski tak
pernah dikatakannya secara langsung, nutrisi darinya merupakan
perantara pesan untukku agar melewati ujian ini dengan belajar.
Maulida Azizah & Ummu Rahayu 65

