Page 70 - 2B
P. 70

2B


            lembar  jawaban  siswa  kurang  berprestasi.  Hah?  Apa  yang  sedang
            kupikirkan?  Aku  mengusir  pikiran  itu,  membujuk  diriku  untuk  lebih
            memilih tidak lulus daripada lulus dengan kecurangan.
                    Kulihat,  Meri  termasuk  orang  yang  matanya  merah  dan
            lengannya sibuk mengusapi air matanya.
                    “Eni, ada apa ya? Kenapa teman-teman menangis?”

                    “Aku juga tidak tahu, Bit.” Eni berhenti, “Fad! Kenapa anak-
            anak pada menangis? Ada apa sih?”
                    Aku  ber-kura-kura  dalam  perahu  dengan  interaksi  mereka,
            merasa mata dan hidungku masih merah.
                    “Soal  Matematika  kayaknya  membunuh  banget.  Katanya
            susah sesusah-susahnya.”
                    “Hem…  Begitu  ya?  Bego  ah,  mereka.  Kan  ada  kunci

            jawaban. Kenapa harus susah-susah mengerjakan?”
                    “Menurutku  sih  juga  begitu.  Aku  sih  kalau  soalnya  sudah
            keliatan susah ya nurut kunci jawaban aja.”
                    “Nah!  Itu  baru  klop!  Eh…”  Eni  menutup  mulutnya,  sedikit
            melirik  padaku,  aku  buru-buru  menoleh  ke  arah  lainnya  sebelum
            Fadli menemukan mata sembabku.

                    Aku  bersyukur  juga,  hatiku  berangsur  lega  walau  masih
            sedikit  resah.  Pertama,  karena  ternyata  kesalahan  bukan
            sepenuhnya  ada  padaku.  Kedua,  karena  masih  banyak  juga  yang
            mengandalkan usahanya sendiri, tak sepenuhnya bergantung pada
            kunci  jawaban  itu.  Tapi  aku  tak  melihat  batang  hidung  Bara.
            Menangis juga kah otak strategi bodoh itu?






                                         Maulida Azizah & Ummu Rahayu  69
   65   66   67   68   69   70   71   72   73   74   75