Page 73 - 2B
P. 73

2B


                                     CHAPTER 7


                    Ibu langsung mendatangiku ke kamar begitu dilihatnya aku
            memasuki rumah dengan sendu. Peluk Ibu seperti peneduh bagiku.
            Kuceritakan  semua  yang  kualami  hari  ini.  Kata-kata  yang  muncul

            dari  Ibu  tak  jauh  berbeda  dengan  Pak  Rahman.  Tapi  mutiara
            kasihnya semakin meyakinkan aku bahwa masih ada hari esok yang
            harus kupersiapkan. Stress hanya akan menghancurkan dua hariku
            selanjutnya.
                    Metode belajar seperti biasa kugencarkan dengan beberapa
            tambahan  membaca  Al-Qur‟an  karena  hatiku  belum  sepenuhnya
            tenang. Pesan-pesan penyemangat datang dari koordinator strategi

            bodoh,  Si  Bara.  Mungkinkah  dia  termasuk  orang  yang  menangis
            semalam?  Apa  dia  tahu  dari  mana  kunci  itu  berasal,  siapa  yang
            mengerjakan?  Guru  atau  siswa?  Yang  jelas,  kebanyakan,  kunci
            jawaban  itu  dijadikan  penenang,  ujung  dari  segala  ujung  dari  soal
            matematika.
                    Pukul dua siang pesan bereredar bahwa yang menggunakan

            kunci jawaban tak usah khawatir. Katanya, kunci jawaban itu berasal
            dari  pejabat  pemerintah.  Mungkin  saja,  karena  mereka  memiliki
            akses  spesial.  Pesan  itu  kembali  merusak  sistem  otakku,  kembali
            pada memori pergulatanku mengerjakan soal Matematika, berujung
            pada penyesalanku tak meminta jawaban dari kawan-kawan.
                    Pergulatan  dengan  fisika  dimulai.  Metode  pengerjaan
            kujalankan  seperti  kemarin,  mendahulukan  yang  mudah  kemudian

            yang  susah  dengan  target  waktu  dua  menit  untuk  pengerjaan  tiap

                                         Maulida Azizah & Ummu Rahayu  72
   68   69   70   71   72   73   74   75   76   77   78