Page 77 - 2B
P. 77

2B


                    “Aduh…. Aku pasrah aja sudah. Harus gimana lagi. Mudah-
            mudahan mukjizat datang.” Seseorang berambut keriting jongkok di
            atas bangku panjang dengan tangan mengacak-acak rambutnya.
                    “Makanya pas aku cocokin tadi kunci jawabannya kok salah
            semua. Yang benar itu cuma nomor 5 sama 20 lho. Ada beberapa
            juga  yang  benar,  sekitar  sepuluh.”  Sahut  seorang  perempuan

            berambut  pendek.  Setahuku,  mayoritas  yang  berkumpul  ini  adalah
            kelas IPA di sebelah kelasku.
                    “Kamu  enak,  kamu  pinter  bisa  ngerjain.  Lha  kayak  aku.
            Apalagi Si Boy nih.” Yang berambut keriting menepuk bahu kawan di
            sebelahnya. Anggota kumpulan lainnya kemudian tertawa.
                    “Kampret lu! Gini-gini gue juga coba ngerjain tauk!”
                    “Tapi dapet nggak?

                    “Kagak!”
                    “Hahahahahaha.” Tawa pecah lagi.
                    “Tapi  kok,  hampir  semua  kunci  jawabannya  banyak  yang
            salah  ya.  Malah  yang  bukan  dari  Rendi  yang  lebih  banyak  benar.”
            Suara perempuan lainnya muncul, suara kecil. Rendi? Tak luputlah
            orang-orang ini dari strategi Bara.

                    “Wallahu a‟lam dah!” sahut Si Keriting tampak putus asa.
                    Kulihat, tak ada lagi Bara di jalur-jalur menuju pintu gerbang
            sekolah sehingga aku sudah bisa melewatinya. Di sekitar gerbang,
            sambil  menunggu  jemputan  dari  Ayah,  kudapati  keluhan-keluhan
            yang sama: kunci jawaban fisika yang salah.
                    Ujung pensil kupegang mengambang di atas kertas dengan
            tumpukan  buku-buku  Kimia  di  meja  belajar.  Pikiranku  lebih

            mengambang  lagi,  pada  seseorang  bernama  Bara.  Meski  aku

                                         Maulida Azizah & Ummu Rahayu  76
   72   73   74   75   76   77   78   79   80   81   82