Page 82 - 2B
P. 82
2B
Besok adalah pengumuman ujian nasional. Hari penentuan
akan segala apa yang kukerahkan selama ini. Perjuangan panjang
dalam menahan kegelisahan, kebimbangan dan batin yang gundah.
Terlalu banyak hal yang kulampaui. Dan besok adalah penentuan
akan pemenang segala rintangan itu.
Hari ini adalah hari di mana guru-guru mengetahui
pengumuman ujian nasional. Jika kemudian ada anak yang tidak
lulus, gagang telepon rumahnya akan berbunyi. Dia akan diberi tahu
lebih dulu dari teman-temannya. Jadi, jika dari sore ini sampai besok
pagi telepon rumah itu tak berdering, aku dikatakan aman. Aku dapat
bernapas lega karena aku dapat dikatakan lulus. Itulah mengapa
kemudian aku benar-benar gelisah, galau melewati waktu yang
masih panjang. Aku ingin hari ini berakhir tanpa ada telepon dari
pihak sekolahku.
“Kenapa sih, Kak? Dari tadi bolak-balik kamar terus, pusing
ngeliatnya.” Adik perempuanku, Elsa yang lagi nonton TV terlihat
jengkel melihat kelakuanku.
“Dek, kalau ada telepon dari sekolah, jangan diangkat ya!”
kataku kemudian cemas. Lebih tepatnya, kata-kata itu kujadikan
sebagai penghibur kegundahanku hari ini.
“Mana kita tahu itu telepon dari sekolahmu apa bukan!”
“Ya, nantikan kamu tanya, ini dari siapa? Nah, kalau
jawabnya dari sekolah kakak, segera tutup saja!”
“Yee, itu mah nggak sopan kali Kak!”
Mungkinkah aku sudah berada pada taraf gila? Entahlah.
Begitu mengalir apa yang kuucap hingga harapan yang tak masuk
akal sekalipun.
Maulida Azizah & Ummu Rahayu 81

