Page 166 - Wabah (KUMPULAN CERPEN)
P. 166
ke Jodi ingin menggadaikan Honda Supranya karena hanya
itulah satu-satunya harta yang sekarang ia andalkan untuk
makan istri dan anaknya. Akan tetapi, setibanya Rachmad
di kontrakan, ia syok dan panik mendapati kondisi rumah
begitu kacau balau seperti baru kemalingan.
“Saat itu aku setengah sadar menanggapi ocehannya.
Aku baru teler semalaman setelah bertengkar dengan ayah-
ku. Rachmad bilang motornya raib, hanya plat nomernya
saja yang tergeletak di teras. Aku ketawain kawan kita yang
lugu itu. Motor Ninja-nya David saja masih ada, masa maling
lebih memilih Supra ringkihmu, Mad? Terus aku bilang,
sebaiknya kita jadi maling juga. Zaman susah begini. Semua
orang punya alasan sah buat jadi maling. Aku benar-benar
mengatakannya. Nadaku terdengar serius, tapi sumpah aku
hanya melantur!” sesal Jodi, kemudian terisak lagi.
Pagi tadi Jodi membaca berita tentang seorang pencu-
ri dihajar massa di daerah sekitar rumah kontrakan kami.
Peristiwa itu terjadi empat hari lalu, hari yang sama ketika
aku merampok masjid. Menurut berita tersebut, gerak-ge-
rik seorang pria tampak mencurigakan, seolah-olah hendak
mencuri rokok di warung kelontong. Tapi salah satu nara-
sumber yang menyaksikan pengeroyokan itu bilang, pria itu
sepertinya sudah diintai oleh warga. Naas, belum berhasil
mengambil apa pun, ia sudah diserbu massa. Jodi meyakini
bahwa korban pengeroyokan itu adalah Rachmad, karena tak
lain tak bukan jaket merah kusam bersablon The Beatles yang
pencuri itu kenakan. Berita tersebut dilengkapi foto seorang
laki-laki berjaket merah tengkurap bersimbah darah.
148

