Page 168 - Wabah (KUMPULAN CERPEN)
        P. 168
     Rachmad menggadaikan sepeda motornya dan mengusulkan
           membuka bisnis layanan antar belanja bahan masakan.
           “Musim pandemi seperti ini orang lebih memilih masak di
           rumah sekaligus menghindari belanja di pasar atau swalayan.
           Keadaan serba dilematis ini hanya akan menguntungkan
           bagi orang-orang yang jeli melihat peluang. Saya sendiri
           sudah berjanji ke Rachmad mau bergabung sebagai pemasok
           sayuran segar dari desa,” tutur Wahyudi, menceritakan
           kenangan terakhirnya bersama sahabat kami.
               Barangkali, Rachmad kembali ke rumah kontrakan
           dengan ide dari Wahyudi yang terdengar meyakinkan. Ba-
           rangkali, Rachmad hendak mengajak saya bergabung men-
           jalankan bisnis barunya. Barangkali, kepala kami berempat
           selama ini berisi hal yang sama, sebuah ide untuk beker-
           ja sama. Saling tolong-menolong sekaligus menghormati
           privasi masing-masing adalah prinsip The Beatles cabang
           Ketintang yang saya bangga-banggakan. Dan barangkali
           pula, sesungguhnya Rachmad tak pernah berniat mencuri
           rokok. Ia hanya berada di waktu dan tempat yang salah.
               Di antara kami bertiga, saya-lah yang paling banyak
           diam dalam kedukaan mendalam. Wahyudi mengusulkan
           mengadakan tahlilan virtual untuk mendoakan almarhum
           Rachmad. Sementara Jodi akan menggalang dana duka cita
           untuk keluarga Rachmad. Saya sepakati semua tanpa ba-
           nyak tanya. Ketika mendengar pidato Jodi di acara tahlilan
           virtual bersama beberapa teman lainnya, suara ini muncul
           begitu saja, ucapan Papa ketika saya mengutarakan maksud
           meminta bantuannya.
                                  150
     	
