Page 162 - Wabah (KUMPULAN CERPEN)
P. 162

anggap kakak kandung sendiri. Saya tak rela menyakitinya
           bahkan jika sekadar merusak benda-benda kesayangannya
           di dalam kamar. Akhirnya terbersit ide cemerlang ini, saya
           akan merampok masjid tempat Wahyudi sering salat jamaah
           di situ. Masjid adalah tempat favorit Wahyudi. Merampok
           masjid sama dengan merampok  kesenangan Wahyudi
           yang gemar bersedekah. Betapa konyolnya, membiarkan
           kawan terdekatnya sendiri kesulitan uang sementara dirinya
           masih berderma ke sana ke mari. Target saya kotak amal.
           Uang dalam kotak amal itu nantinya akan saya transfer ke
           Rachmad.
               Saya mulai menyusun persiapan. Pengintaian terhadap
           masjid yang hanya terpisah lima blok dari rumah kontrakan
           saya lakukan penuh kehati-hatian. Saya menjadi tahu bah-
           wa masjid sekarang sepi sekali. Meski ada salat lima waktu
           dan tarawih berjamaah namun hanya lima orang saja yang
           terus-menerus melakukannya. Mereka adalah muazin tua
           yang tampak lemah, tiga pemuda dusun pengangguran,
           dan Pak Haji juragan besi tua. Di siang hari, saat masjid
           membuka posko penerimaan zakat fitrah, hanya tampak
           paling banyak tiga pemuda yang sedang mengarungi beras
           di teras masjid. Dengan demikian waktu perampokan yang
           paling tepat yakni selepas zuhur menjelang asar, ketika para
           pemuda itu selesai mengurusi zakat dan muazin bersiap
           mengumandangkan azan asar.
               Sejujurnya, saya lebih terpantik dengan ketegangan
           atas sebuah perampokan, ketimbang kepuasan membalas
           dendam terhadap Wahyudi. Saya juga penasaran bagaimana


                                  144
   157   158   159   160   161   162   163   164   165   166   167