Page 159 - Wabah (KUMPULAN CERPEN)
P. 159
memilih antara mobil remot kontrol atau miniatur robot
rakitan. Dengan tampang bijak saya mengatakan padanya
bahwa ia hanya boleh membeli satu. Lima menit kemudian
ia masih bingung memutuskan membeli yang mana. Pada
akhirnya, bocah ini menoleh kepada saya dan berkata, “Mas,
boleh nggak saya minta uangnya dibelikan beras saja?”
Pertanyaan itu benar-benar bodoh. Maksud saya, di luar
skenario. Ketiga penjaga toko itu hanya melongo mendengar
keputusan keponakan palsu saya. Tanpa banyak basa-basi
segera saya seret bocah ini keluar toko sembari tersenyum
salah tingkah. Saya bahkan lupa mengucapkan terima kasih
kepada mereka.
Setelah sukses melakukan aksi balas dendam kecil-keci-
lan tersebut, saya merayakan dengan membeli pistol mainan
yang mahal di toko online dan langsung menjajalnya di ru-
mah. Bukan main menyenangkan. Saya merasa mempunyai
kekuatan baru. Awalnya saya belajar menembak kardus-kar-
dus bekas. Meski berupa mainan, pistol ini dapat membuat
kardus berlubang. Di tengah keadaan rumah yang kacau
balau seperti kapal pecah, saya terus belajar menembak.
Kemudian, setelah berhasil menembaki botol-botol
air mineral hingga terjungkal, saya mengalihkan sasaran
tembak. Saya mulai menembaki cicak, kecoa, dan kodok-
kodok kecil yang kebetulan mampir di pekarangan rumah.
Menembak hewan jauh lebih seru ketimbang menembak
kardus. Mereka lari terbirit-birit ketika saya tembak bertubi-
tubi. Saya mulai ingin menggasak tikus bahkan kucing
tetangga sekali pun dengan pistol mainan.
141

