Page 154 - Wabah (KUMPULAN CERPEN)
P. 154
Saya tipikal orang yang betah mengurung diri di kamar,
tapi tak pernah seumur hidup saya harus hidup sendirian di
rumah kos maupun kontrakan. Membayangkan Wahyudi,
Jodi dan Rachmad berkumpul dengan keluarga mereka
masing-masing, perasaan saya menjadi kesal. Adakah dari
mereka bertiga mengingat saya, salah satu saudaranya di
perantauan terjebak seorang diri di rumah? Saya mulai se-
ring mengasihani diri sendiri.
Saya pun mencoba mengusir rasa sepi dengan berbagai
cara. Sebenarnya hanya tiga cara: menonton film, membaca
buku, bermain game online. Begitu terus setiap hari. Tak
lupa berjemur dan belajar. Saya sudah lupa sekarang hari
ke berapa Ramadan. Toh, saya tidak berpuasa. Tidak ada
Wahyudi, sang teladan, tidak ada Rachmad si tukang masak
sahur, bahkan tidak ada Jodi si muazin gadungan, yang ge-
mar mengumandangkan azan magrib sebelum waktunya.
Saya rasa berpuasa hanya akan menyakiti diri saya sendiri.
Dan dengan berpuasa, saya hanya akan semakin mengasihani
diri saya sendiri.
Ketika tengah berjemur di halaman rumah sembari
mendengarkan ceramah investasi di Youtube, tercetuslah
sebuah ide. Bagaimana jika Rachmad saya tawari menja-
di mitra bisnis Papa? Saya yakin Papa bersedia memban-
tu memulihkan bisnis konveksi Rachmad atau setidaknya
memberinya pekerjaan di pabrik sehingga Rachmad kembali
lagi ke sini. Kalau perlu, biarlah waktu belajar saya kurangi.
Sudah saatnya saya terjun langsung ke medan bisnis alih-alih
mendampingi Rachmad memasarkan produknya.
136

