Page 21 - BUKU ANTOLOGI CERPEN 18 CERITA MENGGUGAH HATI-ok
P. 21
11
ayah dan ibuku memutuskan untuk pindah rumah, dan lagi-lagi
bukan rumah milik sendiri. Kami masih menumpang dengan
rumah milik orang lain. Kala itu, aku masuk kelas 1 SMA.
Perjalanan baru dimulai. SMA ku yang sekarang lebih jauh
dibandingkan SMP ku dulu. Setiap hari harus bangun pagi dan
berangkat pukul 6 lewat. Panas dan hujan tak menjadi masalah
halangan untuk menuju ke sekolah. Aku bersama dengan
temanku Mita. Mita adalah teman satu boncenganku dan satu
sekolahku. Kami mengenal sudah cukup lama dan dia mengerti
semua tentangku, tentang hidupku.
Tiga kali pindah rumah membuatku sangat sedih.
Terkadang kasihan melihat ayah dan ibuku walaupun mereka tak
pernah mengeluh sedikit pun. Mereka selalu bersyukur dengan
apa yang ada. Ini adalah kali ketiga kami melakukan pindah
rumah.
“Ayah, kita buat rumah napa biar gak numpang sama orang
kayak gini!” kataku pada ayah waktu itu.
“Belum cukup dana kita untuk membangun rumah Ra”,
jawab ayah.
“Doain Ara cepat tamat sekolah dan kerja biar bisa bantu
ayah sama ibu bangun rumah” sahutku. Suasana rumah kala itu
menjadi senyap hanya terdengar suara kendaraan yang lewat
depan rumah. Ayah memiliki niat ketika aku tamat SMA akan
membangun rumah seperti yang diharapkan sebelumnya. Akan
tetapi, manusia hanya berencana dan Allah yang memutuskan
yang terbaik untuk hamba-Nya.
Setelah tamat SMA, aku meminta kepada ayahku untuk
melanjutkan cita-citaku. Aku meminta agar aku melanjutkan
Antologi Cerpen Inspiratif “18 Cerita Menggugah” 11

