Page 56 - Menggapai langit, Antologi Cerpen Remaja (2008)
P. 56

mbak mencoba menjalani apa yang diingiiikan Ibu. Tentu saja
         dengan berat had dan dengan satu pengorbanan, yaitxi Mbak
         harus inelupakan  keinginan  untuk menjadi Sarjana sastra"

         kenang mbak Dewi.
                "Benarkah? Lalu kenapa Mbak rela mengorbankan cita-
         citaMbak?" tanyaku penasaran.
                "Karena Ibu udah banyak berkorban Gi! Apalah arti
          pengorbanan Mbak jika dibandingkan pengorbanan Ibu selama
          ini... lagi pula, Ibu iiigin memberikan yang terbaik buat Mbak
          dan tertentu saja bua t kamu"
                 Ada perasaan aneh yang menyusup ke dalam hatiku kala
          mendengar perkataan mbak Dewi. Haruskah kuikuti perasaan
          aneh ini? Membiarkarvnya menuntunku menuju lembar-Iembar
          baru? Mbak Dewi yang penurut saja rela berkorban, kenapa aku
          nggak? Padahal aku udah banyak ngecewain Ibu...
                "Gi, kapan kamu ujian blok semester dua?" tanya mbak
          Dewi, mengembalikanku ke alam nyata.
                "Hmm... lusa" jawabku cepat.
                "Gi, kamu tahu? Jika kamu menunggu kesepakatan,
          itulah kesempatanmu!"






                   Ibu masuk rumah sakit sore lagi, padahal esok paginya
          adalah hari pertama ujian blok semester dua. Jiwaku tergoncang
          begitu tahu hepetitis Ibu sudah kronis. Mbak Dewi buru-buru
          pulang dari Bandung, padahal rencananya mbak Dewi baru akan
          pulangke Jakarta minggu depan.


          Sebint      (Saiiti Anisa  SM,\K' Pcmalang)                 4-9
   51   52   53   54   55   56   57   58   59   60   61