Page 57 - Menggapai langit, Antologi Cerpen Remaja (2008)
P. 57

Antologi Cerpt'ii Reinaja

              "Gi, kamu nggak usah nemenin Ibu. Biar Mbak saja, besok
        kan kamu ujian blok. Bukankah kamu harus belajar agar bisa
        memberikan  yang  terbaik  untuk  Ibu?"  kata  mbak Dewi,
        membuatku tak bisa membantah. Akhirnya aku menurut dan
       pulang dengan had gundah gulana namun tetap memegang api
       semangat yang terus berkobar. Aku ingin memberikan yang

       terbaik untuk Ibu, tak ada kata terlambat!






              Mengunjungi Ibu selepas  ujian  blok  telah  menjadi
       rutinitas sehari-hariku. Sampai datang hari iiii, saat aku ingin
       memberikan kado spesial untuk Ibu yang kebetulan berulang

       tahun. Hari ini raport dibagikan, aku tersenyum puas melihat
       nilai-nilai yang terpampang di dalam raport. Tak ada nilai tujuh!
              "Ibu pasd seneng banget!" kataku seraya buru-buru naik
       bus. Aku berhend di sebuah toko dan memilih aneka mawar,
       akhirnya seikat mawar putih jatuh kepelukanku.
              Aku buru-buru melangkah kaki melewad koridor rumah
       sakit yang ramai, di depan piiitu bernomor tujuh belas di mana
       Ibu di rawat, kukeluarkan tart berbentuk hati dari kardusnya dan
       kunyalakan lilin di atas tart itu. Nyala api lilin itu menari-nari
       seiring  tiupan angin. Setelah semua siap, kudorong pintu
       berwarna putih di depanku. Aroma menyengat khas rumah sakit
       menyapaku ketika kulangkahkan kakiku memasuki kamar. Ada
       beberapa dokter dan perawat yang berkerumun di samping
       ranjang tempat ibu  berbaring. Langkah kakiku  terperanjat
       hingga tak sampai sepuluh detik, aku telah berada di antara


       50
   52   53   54   55   56   57   58   59   60   61   62