Page 58 - Menggapai langit, Antologi Cerpen Remaja (2008)
P. 58

kerumunan itu. Kulihat mbak Dewi menangis tersedu-sedu, aku
         benar-benar tak memahami apa yang tengah terjadi sampai
         kulhat wajah ibu yang telah sedingin es. Mataku terasa pedas,
         kristal-kristal bening meluncur dari pelupuk mataku.
                "Bu, selamat ulang tahun." kuletakkan buket mawar di
         samping jasad ibu dan kutiup lilin yang menghiasi tart.
                "Bu... lihat... nilai raport Agi... Agi pasti bisa jadi...
         dokter. Seperb keinginan Ibu kan? Bu, bangun!!! Bangun!!! Ibu
         harus menemani Agi meraih mimpi itu Bu, Bu... maafkan Agi...
         kataku terbata di sela isak tangisku, kugoncang tubuh yang
         dingin itu tapi mata ibu telah tertutup rapat dan takkan pernah

          terbuka, walaupunsesaat.





                 "Agi, ayo pulang." kata mbak Dewi sambil memelukku,

          menyadarkan lamunan panjangku.
                 "Mbak... aku ngrasa salah banget sama Ibu..." kataku
          sambil menghapus air mata yang mulai meleleh lagi.
                 "Nggak Gi, kamu nggak salah!  Kalau  pun kamu

          salah,inilah saat untuk memperbaikinya. Agi sayang, Ibu pasti
          senang lihat raport kamu, dan dia pasti senang melihat kamu
          mewujudkanimpianterakhirnya. Dia akan tersenyumbahagia...

          di Sana..." mbak Dewi menunjuk hamparan lazuardi yang biru
          tanpa awan yang manggantung.
                 Kami berdua pun meninggalkan persemayaman terakhir
          ibu. Sebiru lazuardi yang membentang tanpa awan, begitu pula
          impianku tentang masa depan... tanpa sebuah duri pun yang


          Sebim       (Sanri \tiisa \X1 SM.AN Pemalang)               51
   53   54   55   56   57   58   59   60   61   62   63