Page 51 - Lolotabang dan Biuqbiuq
P. 51
Ia memeluk, mengguncang-guncang tubuh sang adik.
Namun, adiknya tidak bergerak. Wajahnya pucat seperti mayat,
matanya terpejam, tetapi Lolotabang dapat merasakan detak
jantung Biuqbiuq meskipun lemah.
“Ia masih hidup!” jeritnya.
Raja Sungai segera mendekat. Ia memeriksa denyut nadi
Biuqbiuq.
“Cepat buatkan bubur untuk adikmu!” perintahnya pada
Lolotabang.
Lolotabang bingung sekaligus kesal. Bagaimana mungkin
manusia kuda itu menyuruhnya memasak bubur untuk adiknya
yang tengah sekarat?
“Apa maksudmu?” tanya Lolotabang gemas.
“Jangan banyak tanya, segera buat semangkuk bubur!”
Meskipun jengkel, Lolotabang menuruti perintah Raja
Sungai. Ia segera ke dapur membuat semangkuk bubur nasi. Tak
lama kemudian, bubur itu matang. Ia membawa makanan itu ke
hadapan Raja Sungai.
Raja Sungai membuka mulut Biuqbiuq yang tertutup rapat
dan menyuapinya sesendok bubur hangat. Perlahan, wajah gadis
itu mulai memerah. Darahnya telah mengalir lagi. Raja Sungai
menyuapinya hingga bubur itu habis.
Tak lama kemudian, bibir dan mata Biuqbiuq bergerak-
gerak.
45